(Balapan Lari)
Sudah seminggu ini aku tinggal di Batangan, tempat kantor Balai Taman Nasional Baluran berdiri. Dan selama seminggu itu benar-benar aku menjadi orang asing di dunia asing. Baru kali ini aku benar-benar menjadi orang bodoh, tidak pernah nonton berita di TV, tidak membaca Koran dan sangat jarang ngakses internet. Tidur masih numpang di kantor PEH yang sebentar lagi akan divermak menjadi dapur. Tidak ada motor untuk beli makan, sabun, pulsa apalagi malam mingguan.
Ternyata tidak gampang menjadi PNS. Sudah mulai kerja tapi gaji baru turun dua bulan kemudian. Bahkan temenku yang polhut harus nunggu nggak tahu sampai kapan untuk gaji pertamanya.
Tidak mudah menjadi PNS, karena feodalisme masih tumbuh subur di setiap jengkal wilayah kerjanya. Tidak mudah menjadi PNS karena harus pake seragam tertentu pada hari tertentu, ikut apel tiap tanggal tertentu. Tidak mudah jadi PNS karena kontrapretasi tidak selalu sesuai dengan produktifitas dan efektifitas kerja. Tidak mudah jadi PNS karena kalau nggak ikut-ikutan yang tua dibilang sok idealis. Tidak mudah jadi PNS karena kalau ikut-ikutan yang tua akan banyak disindir sama yang muda:”kemana semangat rimbawan muda yang dulu kau teriak-teriakan itu?”
Sungguh-sungguh tidak mudah menjadi PNS karena penghidupan saya, istri saya dan anak saya kelak ditanggung oleh jerih payah dan keringat beratus-ratus juta kepala penghuni negeri ini. Sungguh-sungguh tidak mudah menjadi PNS karena diantara beratas-ratus juta kepala itu tidak sedikit yang sejak orok sampai hampir mati tidak sedikitpun diurusi hak-haknya oleh pemimpin-pemimpin negeri ini. Dan sungguh tidak mudah menjadi PNS karena kalau saja mereka, orang-orang yang teraniaya itu, sampai lapor kepada Sang Maha Pemimpin dan membuatNya murka lalu menjelmalah seribu malaikat, atas perintahNya, menjadi duri di setiap jengkal jalan hidupku, sungguh tidak akan ada satupun negara,dengan kekuatan ekonomi, militer atau lobi politik paling hebat sekalipun yang bisa mencegahnya.
Tapi kenapa begitu banyak rakyat negeri ini yang rebutan ingin jadi PNS? Termasuk saya yang rela balapan lari dengan 42000an pelamar lain supaya masuk finish 500 besar. Dan setelah balapan cepat-cepatan masuk finish, di balik garis finish langsung ditantang oleh para juara terdahulu untuk balapan lari lambat-lambatan. Baru lari 10 meter mampir dulu di warung padang, 20 meter belanja ke Singapura, 30 meter milih-milih mobil baru, 40 meter plesir ke Eropa, 50 meter kecapaian trus tidur tidak tahu kapan bangunnya.
Kalaupun ada yang ngeyel pingin cepet-cepetan itu hanya segelintir peserta yang tidak lama lagi akan beralih profesi menjadi atlit karambol atau gaple. Meskipun pada akhirnya ada lagi beberapa orang, yang hanya segelintir dari segelintir tadi, yang benar-benar kuat dan bertekad akan menemukan garis finish lomba lari cepet-cepetan yang sebenarnya, meskipun harus menempuh rute yang sangat panjang dan berliku. Karena mereka, segelintir orang dari segelintir orang itu, yakin di ujung garis finish itu ratusan juta kepala orang sudah menunggu dengan cemas dan penuh kerinduan untuk melihat kaki siapa yang paling dulu menginjakkan garis finish sejati yang bernama Indonesia Raya.