Menjadi Pegawai Negeri Sipil I

(Bersahabat Dengan Hukum Alam)

Menjadi Pegawai Negeri Sipil, siapa yang tidak menginginkannya? Gaji tetap, dapat tunjangan, fasilitas tambahan, dan jaminan penghasilan sampai hari tua. Dan itu semua tidak bergantung serajin apa anda bekerja. Asal daftar absen terisi terus, gajian lancar tanpa halangan.

Hidup di Negara yang segala sesuatunya serba ditempatkan tidak pada tempatnya ini, nasib sekarang, esok hari dan nanti di hari tua sungguh sangat susah ditebak. Baru kemarin minyak tanah langka, sekarang pemerintah menggembar-gemborkan program konversi minyak tanah-gas LPG, dan besoknya lagi gas LPG sudah susah ditemui di pasaran. Hari ini stok beras menipis pemerintah berupaya mencukupi kebutuhan beras dengan mengimpor dari Negara tetangga walhasil harga besar naik, besok ketika panen raya tiba dan lumbung-lumbung padi penuh pemerintah semakin memperbesar impor sehingga harga gabah murah petani merugi, besok lagi dengan tanpa menaikkan harga gabah pada angka yang manusiawi pemerintah mengekspor beras, sedangkan kita tidak tahu sampai kapan stok beras dalam negeri bisa bertahan.

Inilah Negara sensasional itu, bukan cuma Lewis Hamilton saja, atau Ronaldo yang bisa memiliki julukan the phenomenom. Indonesia pun layak menyandang gelar the ultra phenomenom.

Sang Wapres suatu hari ditanyai oleh seorang wartawa tentang kondisi lalu lintas Jakarta yang serba semrawut, lalu dengan entengnya dia menjawab:”Bagus itu, berarti rakyat Indonesia sudah mulai kaya sehingga bisa membeli kendaraan bermotor.” Padahal baru kemaren juga Indonesia menjadi tuan rumah konferensi Global Warming di Bali. Dan hari ini, kita bangga sambil menengadahkan kepala karena kita berhasil membeli mesin-mesin penyumbang polusi.

Inilah Negara yang sangat kaya. Rakyatnya kaya raya. Kalaupun tidak kaya setidaknya mereka sangat pandai dalam memanajemen tidak-kayaannya itu. Bagaimana tidak kaya kalau setiap hari mereka bisa membeli motor baru, mobil baru, hp baru, laptop baru. Kalaupun tidak kaya, lihat bagaimana mereka sangat mahir memanajemen ketidak kayaannya. Pengangguran boleh berjubel, beras, minyak tanah, bensin boleh terus naik tapi pulsa tidak pernah kosong. Mal-mal tetap ramai. Diskotik, kafe tidak satupun yang kukut, justru semakin menjamur.

Ya inilah Negara hebat itu. Ibukotanya bernama Jakarta yang terletak di pulau Jawa. Bahasa inggrisnya Java. Java adalah nama yang disakralkan oleh bangsa Yahudi. Kalau anda mampir sebentar di Israel,mungkin pingin mencari rongsokan peluru, anda akan banyak nama jalan di Israel menggunakan nama Java. Bahasa pemrograman paling canggih saat ini pun namanya Javascript yang dibuat oleh orang Yahudi juga. Padahal Java atau Jawa adalah the heart of Indonesia.

Hampir semua kerajaan besar Nusantara lahir di Jawa. Tokoh-tokoh bersejarah tumbuh di Jawa. Dan tidak satupun Presiden Indonesia bukan dari Jawa, kecuali Habibie yang posisi kepresidenannya merupakan sebuah “pengecualian”. Jadi jangan heran dan malu kalau kemudian tidak satupun presiden kita yang tidak “yahudi”. Bahkan bisa jadi lebih yahudi dari Yahudi. Apapun kondisi rakyat kita-miskin atau kaya- adalah ladang bagi pemimpin-pemimpin bangsa ini untuk mengeruk kekayaan sebesar-besarnya.

Sidoarjo dalam hitungan hari berubah menjadi danau lumpur yang tidak tahu sampai kapan bisa tumbuh lagi kehidupan di sana. Dan siapa yang mengira kalau di balik bencana itu, elit-elit Negara ini memanfaatkan mengeruk keuntungan? Entah melalui bagi-bagi proyek pembuatan bendungan penahan, proyek assessment lingkungan, proyek survey korban, proyek rehabilitasi, sampai proyek membuat sayembara bagi paranormal yang bisa menyumbat sumur lumpur hanya dengan menggerakkan jempol jari.

Rakyatnya pun tidak kalah yahudi, baru tadi pagi ada berita sebuah pasar cinderamata di Kalimantan terbakar. Dan warga sekitar segera berbondong-bondong ikut membantu memadamkan api, sambil sesekali ngutil beberapa barang dagangan yang bisa dibawa pulang. Njarah!!

Dan sekarang semua orang berebut menjadi bagian tubuh dari makhluk yang bernama pemerintah, menjadi penguasa negeri yang sangat hebat dan dasyat itu. Menjadi pegawai negeri demi jaminan penghidupan yang layak. Dan lucunya lagi, saya, Swiss Winnasis, yang sudah nggambleh sepanjang tulisan ini tidak lain adalah “antek-antek”nya pemerintah.

Maka sekali lagi saya katakana: inilah Negara hebat itu. Negara yang seekor kucing bisa menggonggong. Seekor katak tidak lagi meloncat. Apakah ini sebuah demokrasi, bukan, ini bukan demokrasi. Tidak ada demokrasi di dunia ini, yang ada adalah metode dan strategi mempertahankan diri. Kalau kucing terus me-ngeong maka dia tidak akan merasakan enaknya mengejar-ngejar sesamanya. Kalau katak terus meloncat-loncat kapan dia bisa menipu ular supaya tidak memangsanya.

Tapi tetap akan tiba waktunya semua kembali kepada asal muasalnya. Akan tiba saatnya penguasa bukan untuk menguasai rakyatnya tapi mengayomi dan membimbing rakyat. Akan tiba saatnya rakyat menjadi sadar bahwa mereka sedang dibodohi oleh system konspirasi dunia supaya terus dan terus mengkonsumsi produk-produk kapitalisme yang bernama teknologi. Akan tiba saatnya Jawa akan tenggelam lalu muncul lagi menjadi Jawa yang baru yaitu Jawa Indonesia, yang tidak lagi memonopoli bibit-bibit presiden negeri ini pun memonopoli kesejahteraan pembangunan, sebab cukup bangsa Yahudi saja yang melakukan monopoli dan kita tunggu saja mereka-Yahudi-yahudi itu- pada akhirnya juga akan tenggelam dan tidak muncul lagi. Akan tiba saatnya kucing bangga dan ikhlas dikejar-kejar anjing atau katak-katak yang rela dimangsa ular karena memang itulah tugas utama mereka diciptakan: bersahabat dengan hukum alam.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s