Apa lagi yang harus aku katakana sayang? Kata-kataku sudah habis terbakar bara dalam dada. Puisi pun tak mampu mewakili keindahanmu. Apa yang diberikan oleh Tuhan yang bernama akal logika berhenti saat itu juga. Bahkan waktu. Membeku saat mata kesadaran jatuh di pelupuk tubuhmu. Ah…kau! Engkau yang hanya seekor burung pelatuk!!!
What the F**** !
Yes this is very F*** mister….
Mungkin empat huruf itu sudah sangat mewakili deru jantungku saat melihat burung satu ini. Pelatuk ayam (Dryocopus javensis) yang sebenarnya nggak mirip-mirip banget dengan ayam. Apalagi bebek.
Bagaimanapun juga pertemuan yang hanya sesaat ini, yang tidak lebih dari 5 detik, bisa jadi adalah sebuah loncatan kuantum atom-atom dalam tubuhku yang saat itu juga langsung memerintahkan tanganku untuk segera mengangkat Nikon D200 di tangan dan mengarahkannya ke sasaran. Tanpa berpikir, tanpa beranalisis, apalagi pake bikin table dan grafik logical frame work. Langsung jepret…jepret…jepret… Dan waktu pun berhenti. Berhenti sampai detik ini juga.
Pertemuan 5 detik itu pun membeku dalam frame Nikon D200-ku dan akan terus abadi. Apa yang dikatakan Einstein tentang waktu yang melambat mungkin ada benarnya. Bahkan waktu yang berhenti bisa sangat mungkin terjadi.
keren..mengingatkan ku di seberang sana..(South Borneo)
LikeLike
gambar yang bagus dan puisi yg indah.
jadi pingin main kesana.
LikeLike
silahkan pak. maen saja, jangan kawatir kita siap nganter. mo lihat apa?pelatuk ayam?pelatuk sayap merah?lokasi tengger elang brontok?sarang elang laut perut putih?tapi maaf masih belum ada fotonya.
wes pokoknya we’re very welcome.
LikeLike
Duh, jadi enggak sabar pingin cepet bisa ke Baluran…
LikeLike