Dunia sedang goncang. Para pemimpin dunia kelabakan bukan kepalang. Para pelaku ekonomi kebingungan, seperti kunang-kunang yang diterbangkan angin di malam hari.
”Ekonomi kita hancur!” kata ahli ekonomi.
“Sistem globalisasi di ambang keruntuhannya!” teriak aktivis kontra pasar bebas.
“Ini semua gara-gara kebijakan para Republican yang tidak becus ngurusi ekonomi Negara!” gerutu anggota partai Demokrat AS.
… dan masih banyak lagi.
Di Indonesia, para pialang, spekulan, pemilik bank swasta, menteri BUMN, Deputi Senior Bank Indonesia, menteri ekonomi dan beberapa orang tidak dikenal memakai baju serba hitam rapat estafet. Mereka sibuk membicarakan bagaimana menyikapi gejolak ekonomi efek dari subprime mortgage yang terjadi di AS.
“Kalau kita tidak pintar-pintar mengambil langkah, krisis 1997 akan terulang lagi!” kata sang menteri.
“Bank-bank harus diselamatkan!” usul pemilik bank swasta yang tidak mau disebut namanya.
“Ini kesempatan bagus untuk membeli lagi saham perusahaan plat merah kita!” desak menteri BUMN.
“Kita masih bisa mencairkan dana besar untuk menyelamatkan ekonomi kita!” imbuh Deputi Senior Bank Indonesia…
Dan jauh di pedalaman sebuah desa di Ngawi, seorang petani bertanya:”Apa benar ekonomi kita akan hancur? Lha wong saya masih menanam padi?”
Di pasar Beringharjo, Jogjakarta, penjual kripik mlinjo menjawab:”Ya nggak mungkin to Mas, lha ini buktinya pasar saya masih ramai orang.”
Seorang mahasiswa sebuah universitas di Gresik yang namanya belum pernah saya dengar membantah:”Bagaimana tidak hancur ekonomi kita?Lihat pasar saham kita lagi kacau! Harga-harga saham duni berantakan! Semua pada panic selling, semua lari menyelamatkan dirinya masing-masing! Dollar naik! Bank-bank besar dunia pada gulung tikar! Arus keuangan dunia berhamburan tidak menentu!”
Seorang dukun di Alas Purwo tersenyum sambil berbisik:”Sekarang mana uangnya yang berhamburan itu? Yang jatuh bangun babak bunyak itu angka di lembar uang atau hanya angka di layar monitor? Saya memang nggak punya monitor tapi saya punya bokor sakti buat memantau arus saham. Jadi nggak usah bingung, yang kacau balau itu hanya angka-angka imajinatif sampeyan tentang uang yang bertumpuk, tapi sampeyan nggak pegang uangnya to?”
“Betul Mbah” sahut penjual togel di pojok terminal Purabaya, Surabaya.”Ekonomi kita bener-bener ajur kalau semua orang di Indonesia mogok bekerja. Ekonomi kita harus segera diangkut ambulan kalau sudah nggak ada petani yang menanam padi, tidak ada jual beli di pasar, tidak ada PNS yang masuk kerja, tidak ada polisi yang ngayomi masyarakat, tidak ada tukang copet yang nyopet dompet. Kita bener-bener krisis kalau uang-uang kita sudah dipake buat nglinting rokok. Negara ini bener-bener kolep kalau orang seperti saya membeli sendiri nomor yang saya jual, lha emang gak ada yang beli togel dan gak ada hadiah buat pemenangnya!”
Saat itu juga daun-daun luruh gemulai ke atas tanah, seperti sedang memberi tanda kalau Tuhan sedang tertawa terpingkal-pingkal melihat polah makhlukNya.
.
swiss at www.swiss.blogdetik.com