Month: May 2009

Aurat Yang…

Apa yang membuat aurat bisa membuat banyak orang sangat penasaran ingin melihat? Meskipun bentuknya juga gitu-gitu aja? Sangat sederhana, karena dia selalu disembunyikan. Saya sedang tidak ingin membenturkan logika ini dengan sumber-sumber hukum dari agama manapun yang juga melarang mempertontonkan aurat.
Semakin tinggi gunung menjulang, semakin tertantang orang untuk menaklukkannya. Seperti hukum termodinamika, semakin besar energi laju benda, semakin besar tenaga yang dibutuhkan untuk menghentikannya (nyambung nggak sih?).

Tapi ada juga logika yang lebih “menggoda”. “Mengapa yang enak-enak itu diharamkan?” begitu dendang Wak Haji Rhoma Irama sambil mengangkat gitar Fender-nya (apa iya Fender? sok tahu!). Jadi logika sederhananya, sesuatu yang dilarang, disembunyikan, bersembunyi atau minimal agak kemalu-maluan, itu pasti enak.

Jadi anda memilih yang mana? Aurat adalah hal yang memang harus disembunyikan, ataukah aurat adalah sesuatu yang enak?

Peta Burung Taman Nasional Baluran

peta burung sedangAkhirnya, setelah hampir 4 bulan. Kalo saja sehari semalam habis 2 bungkus GG inter dan 2 gelas kopi kapal api. Jadi total udah menghabiskan 240 bungkus GG inter dan 1.5 kilo kapal api. Tinggal dihitung aja berapa persen kadar nikotin dan kafein di dalam darah saya, demi sebuah Peta Burung Taman Nasional Baluran. Didahului dengan pengenalan kawasan selama kurang lebih 8 bulan, akhirnya kami Tim PEH memutuskan untuk melakukan survey di seluruh kawasan Baluran (sampling 100%) selama kurang lebih 3 bulan. Dengan menggunakan grid-grid sebagai satuan pengamatan, kami membagi kawasan Baluran menjadi 25 grid pengamatan dikurangi 2 grid yang ternyata berada di luar wilayah taman nasional.

Tujuan survey ini adalah untuk memetakan persebaran jenis-jenis burung yang ada di Taman Nasional Baluran. Biar sekali dayung dapat dua tiga pulau, sekalian kami pakai metode TSCs untuk mengetahui kelimpahan relative burung di masing-masing grid pengamatan.

Dan ini kami persembahkan Peta Burung Taman Nasional Baluran 2009.

Bagaimana Burung-Burung Baluran Tercipta

Mungkin dulu Tuhan sedang tersenyum ketika menciptakan Baluran. Dia ambil secuil tanah dari surga lalu dilempar ke negeri paling indah di dunia, Indonesia. Di ujung paling timur sebuah pulau yang kemudian diberi nama Jawa. Setelah itu Dia ciptakan tetumbuhan yang beraneka ragam. Lalu tetumbuhan itu oleh Tuhan dijaga sedemikian rupa sehingga menjadi hutan yang sangat lebat dan selalu hijau sepanjang tahun. Dia juga perintahkan lautan untuk membangun gugusan pantai dan terumbu karang di sekeliling surga kecil ini.

Laut segera bekerja dengan memerintah beberapa ombak-ombak kecilnya untuk membuat perairan yang tenang sehingga terbentuklah gugusan terumbu karang, beberapa ombak-ombak perkasanya untuk menghantam daratan yang terjal sehingga terbentuklah pantai-pantai bertebing yang indah. Dan yang terakhir laut memerintahkan hewan-hewan bercangkang kapur untuk beranak pinak dan mati di pantai-pantai Baluran sehingga terbentuklah pantai-pantai berpasir putih.

Kemudian Tuhan bertanya kepada hutan-hutan,”Sudah cukupkah keindahan yang aku ciptakan untukmu?”
Seluruh tetumbuhan di hutan menjawab,”Terima kasih Tuhan, Engkau ciptakan kami dengan sebaik-baiknya, tapi kami masih kesepian. Ciptakan untuk kami hewan-hewan!”

“Baik.” Jawab Tuhan,  kemudian Tuhan meminta kepada para tetumbuhan itu mengambil secuil sari pati dari dalam tubuhnya. Dari sari pati itu lalu Tuhan meniupkan ruh-Nya dan terciptalah keluarga binatang. Marimau, banteng, rusa, kucing, dan masih banyak lagi. Merekapun hidup harmonis dengan hutan-hutan karena sari pati hutan adalah sumber kehidupan bagi keluarga binatang.

Suatu hari sekelompok banteng dan beberapa binatang bertubuh besar mengeluh kepada Tuhan, “Lapor Tuhan, Kau ciptakan kami dengan tubuh yang sangat besar tapi Engkau juga menciptakan hutan-hutan yang terlalu rapat, pepohonannya terlalu besar sehingga kami kesulitan beraktifitas. Anak-anak kami juga tidak bisa bermain-main.”
“Jangan kuatir.” Jawab Tuhan singkat. Lalu dia bersiul ssiiuiittt… berdatanganlah sekelompok angin dari tenggara dan awan-awan. Kepada sekelompok angin dan awan itu Tuhan memerintahkan untuk membuat iklim yang lebih kering dari hutan-hutan di luar Baluran. Tuhan memerintahkan agar angin dari tenggara berhembus tanpa membawa butir-butir embun dan kepada awan dia memerintahkan agar jangan terlalu sering menurunkan hujan.

Maka beberapa tahun berikutnya, terciptalah hamparan savanna di antara hutan-hutan hijau yang sekarang terkadang mereka harus menggugurkan daunnya sebagai tanda pergantian musim baru. Savanna-savana itupun menjadi halaman bagi para binatang yang bertubuh besar untuk mencari makan, bermain dan pacaran.

Tiba-tiba seorang malaikat bersayap yang jumlah bulu-bulu sayapnya lebih banyak dari bebatuan dan planet-planet di seluruh alam semesta bertanya kepada Tuhan,”Sebuah surga kecil sudah tercipta, tapi siapakah master piece Anda di surga kecil ini?”

“Oh iya, aku lupa. Terima kasih sudah mengingatkan.” Jawab Tuhan agak kemalu-maluan.
Lalu Tuhan memetik daun-daun dari seluruh tetumbuhan di hutan Baluran. “Kau telah menginspirasi Aku.” Kata Tuhan sambil melirik kepada malaikat bersayap tadi, lalu Diapun meniupkan ruh-Nya kepada dedaunan tadi, ditebarkan dedaunan tadi dan jadilah mereka makhluk-makhluk bersayap yang beterbangan memenuhi angkasa. Beratus-ratus jenis burung tercipta.

Meka terbentuklah burung dengan beraneka ragam bentuk, rupa dan warna, burung yang terbentuk dari daun-daun lebar menjadi burung yang besar pula yang kemudian menjadi penguasa angkasa, burung yang terbentuk dari daun-daun kecil menjadi burung-burung kecil yang suka bersembunyi di balik dedaunan tapi kebanyakan dari mereka memiliki suara yang merdu. Burung yang tercipta dari pohon berdaun sangat lebar seperti daun pisang berubah menjadi burung yang sangat besar yang menghabiskan hampir seluruh harinya di atas tanah. Burung yang tercipta dari tetumbuhan yang sedang berbunga ketika daunnya diambil Tuhan menjadi burung yang memiliki warna bulu yang sangat indah. Dan daun pohon yang tumbuh di dasar jurang di bawah tajuk pohon-pohon raksasa berubah burung malam.

Burung-burung itu hidup bermesraan dengan hutan karena dari daun-daun tetumbuhan di hutan mereka tercipta. Dan burung-burung itu akan bersarang, mencari makan dan bermain di pohon dimana daun-daun sumber kehidupan para burung itu diambil oleh Tuhan.

Sambil menepuk dadaNya Tuhan berkata,”Inilah master piece-Ku di surga kecil ini.”

****

Sinthesisnya Adalah Bikin Account di Facebook

Setiap thesis pasti memiliki anti-thesisnya. Thesis normatif mangatakan “agama adalah petunjuk hidup” yang kemudian dibantah dengan anti-thesis yang mengatakan “agama adalah candu”. Tidak, saya sedang tidak ingin membahasa tema perdebatan yang tiada ujungnya ini. Tapi saya sedang ingin menggarisbawahi bahwa tetap ada titik resultan yang menengahi dua thesis ini.

Sedikit ngerpek syairnya manusia Indonesia terhebat yang pernah ada, Emha Ainun, kalo nggak salah seperti ini:

kalau memang agama adalah candu, maka Allah adalah canduku

Terserah bagaimana Anda menginterpretasikan puisi di atas.

“Masuk aja ke facebook, dia sering ngobrol sama temen-temen di situ.” begitu isi sms dari sahabat saya.

Ahh…kenapa harus facebook? Tidak adakah ruang sillaturohmi yang lainnya? Sejak beberapa bulan lalu, sejak FB ramai dibicarakan, saya sudah menancapkan niat bahwa bukan sebuah pilihan ikut-ikutan banyak orang untuk membuat account di FB. Bahkan ketika inbox emailku penuh dengan inviting dari banyak kawan yang sudah joint di FB, kesepakatanku dengan hatiku tidak berubah: Tidak Untuk Facebook! Sebuah anti-thesis yang sangat sederhana terhadap blooming FB.

Tapi ada apa denganku hari ini? Sms itu? “Dia”? Facebook?

Akankah aku harus mengingkari kesepakatanku dengan hatiku lalu berselingkuh dengan FB demi untuk -sekedar- tahu kabar “dia”? Atau jangan-jangan memang ini yang diinginkan oleh hatiku: bertemu dengan “dia”.

Dia, wanita pertama yang mengajari aku tentang sebuah kata sederhana: cinta. Cinta anak sekolah berseragam biru putih bercelana pendek yang masih doyan mainan kelereng. Cinta yang harus aku pendam sampai aku kuliah. Cinta yang bahkan sampai sekarang tidak beranjak dari lobang romantisme subyektif yang sebenarnya tidak perlu karena tidak akan pernah jadi nyata. Bahkan berandai-andai untuk jadi nyatapun tidak.

“Betul itu hanya romantisme saja, kawan. Dan hari ini kamu aneh sekali, agak-agak melo….” kata suara tak dikenal di belakangku.

“Setiap orang pasti kangen kampung halaman sejarahnya.” jawabku singkat, sedangkan tanganku terus mencenti keyboard.

“Kamu tidak akan mendapatkan apa-apa selain khayalanmu!” balas suara itu.

“Bahkan sejak pertama kali aku bertemu dia aku sudah tinggal di kampung khayalan.” jawabku cuek sambil terus menceti keyboard.

“Onani!” nada dia sekarang agak kaku. “Cintamu hanya candu, perangsang fatamorgana!” sambungnya

“Yup, betul, dan kalaupun cinta adalah candu. Maka Dia adalah canduku!” jawabku ringan, sambil mengarahkan crusor mouse ke jendela berjudul Welcome to Facebook! Klik..

“Apa yang kamu lakukan?” tanya suara itu

“Hmmm…. Bikin account di Facebook!

GUBRAKK…

Ahaa… terjatuh juga akhirnya dia…