Month: October 2009

Tuhan Tidak Sedang Main Dadu

Selalu saja, semua datang tanpa diduga dan direncakan. Setidaknya itu yang bisa saya katakan atas semua keterbatasan saya. Karena mungkin jauh di dalam kerumitan proses kejadian, hukum kasualitas yang linier, dan hukum fisika yang sangat kulit, sesungguhnya semua kejadian di alam semesta ini memiliki pola dan ritme yang tertata dengan sangat rapi dan konsisten.

Tapi what ever-lah, terlepas semua terencana atau nggak yang penting –akhirnya- saya sukses “menangkap “ si Alap-alap Sapi. Setelah berhari-hari caring di bawah terik matahari Baluran di tengah-tengah savanna, paling banter saya “cuma” dapet dia pas lagi terbang dengan hasil yang alhamdulillah kurang meyakinkan. Tapi pagi itu, saya gak tahu mekanisme apa yang sedang berkerja dalam tubuh alam semesta, gelombang-gelombang halus macam apa yang ditebarkan kepada makhluk-makhluk di Baluran?

Berawal dari giliran piket nungguin kamera cctv yang dipasang di salah satu kubangan di belakang pos Bekol untuk memantau Bantang. Setelah dipasang lebih dari seminggu, untuk yang kedua kalinya Banteng muncul di layar monitor. Jelas pemandangan yang langka bagi saya, karena meski hampir tiap hari saya blusukan ke dalam hutan Baluran, yang namanya Banteng adalah salah satu makhluk paling ghoib bagi saya di Baluran, dan malam itu saya melihatnya dengan agak leluasa. Meskipun cuma melalui layar cctv, setidaknya malam itu saya diijinkan melihat Banteng agak lama.

Pagi harinya, menjelang matahari terbit, keindahan kedua setelah Banteng di Baluran adalah ekor mengagumkan si burung Merak. Meskipun harus dengan tiarap dan ngesot, keindahan si cantik tetap belum tergantikan. Belum lama menikmati si cantik. Tiba-tiba dari balik kerumunan semak, mak bedunduk muncul burung yang jauh lebih cantik, lebih menyebalkan, dan jauh lebih mengagetkan. Siapa lagi kalo bukan Alap-alap Sapi. Burung yang selama ini saya kenal dengan kelakuannya yang susah diajak kerjasama dalam hal potret-memotret ini tiba-tiba hinggap di ranting Mimbo, dan diam tenang seperti tidak terganggu siapa-siapa.

Entah apa yang terjadi dengan dia hari itu. Hilang ingatan sesaat, kerusakan struktur jaringan otak atau gelombang electromagnet alam semesta yang dikirim ke dalam seluruh jaringan tubuhnya sehingga dia lupa dengan manusia kurang kerjaan yang sedang bernafsu memburu dia. Bahkan ketika saya dekati, tidak serta membuat dia sadar. Saya tak kasat mata olehnya pagi itu.

Dan lagi-lagi, atas semua keterbatasan saya, apakah itu sebuah kebetulan?

Einstein, fisikawan terbesar abad modern memiliki satu pekerjaan rumah yang belum terselesaikan: meng-formulasikan Tuhan dalam rumus-rumus matematika. Dia yakin bahwa semua kejadian di seluruh semesta tidak ada yang kebetulan, meskipun melalui runtutan reaksi kimia-fisika yang panjang dan rumit, semua pasti ada asal muasalnya, ada rumus, ketetapan, konstanta dan lain sebagainya. Namun sampai dia meninggal, formula itu belum juga selesai. Pada pada akhirnya dia sampai pada kesimpulan bahwa “Tuhan tidak sedang main dadu.”

Kepala Baru dan PNS Berkaos Oblong

Apa yang terjadi ketika terjadi pergantian pimpinan di kantor anda? Pasang muka, rasan-rasan di kantin, ketakukan baru, atau bahkan sebuah harapan baru. Setiap orang mempunyai karakternya masing-masing yang dibawa kemanapun dia berada. Dan untuk kapasitas seorang kepala, karakter pribadinya sudah pasti akan mempengaruhi seisi kantor yang dipimpinnya.

Dulu ketika saya datang di Baluran, kepemimpinan seorang Kuspriyadi yang kalem dan penuh pengertian, menciptakan nuansa yang bener-bener cair dalam kantor. Katakter beliau yang sangat koperatif, akomodatif, lucu dan penyabar tapi tegas membuat setiap orang bekerja dengan senang hati, berkarya dengan lapang dada, pun untuk beberapa orang mbolos tiap hari dengan tanpa rasa bersalah apalagi takut. Pak Kus bagaimanapun juga dalah sosok orang yang sangat kami hormati waktu itu, pun sampai sekarang minimal oleh saya pribadi.

Bagi saya, kondisi ini membuat saya jadi semakin nyaman tidak memakai seragam, hanya kaos oblong dan sandal jepit, kecuali acara-acara tertentu yang menuntut kerapian barisan. Hampir tiap hari kaos oblong adalah seragam kebesaran saya. Adalah Solo Hamonangan Tampubolon, seorang Batak dengan citarasa Jombang yang tiap hari selalu mengomeli tentang seragam kebesaran saya itu. Tapi beliau orangnya asik jadi tidak pernah sekalipun saya anggap omelan itu sebagai wujud kemarahan apalagi kebencian. Dan akhirnya guyonan-lah ujung dari omelan-omelan itu.

Belum lama merasakan model kepemimpinan Pak Kus, tiba-tiba datang surat dari Manggala bahwa Pak Kus harus segera melaksanakan tugas baru di Kalimantan Timur. Dan digantikan oleh Pak Indra Alinar yang ternyata bukan orang baru, karena dulu pernah menjabat sebagai KSBTU di Baluran. Muncul berbagai macam isu-isu tentang kepala baru ini. Mulai dari yang galak, kalo ngomong ceplas-ceplos, pelit, tertib, disipilin sampai tipe orang yang tidak pernah macam-macam soal makan.

Lalu datanglah hari itu, hari pertama Pak Indra memegang tampuk tertinggi struktur kantor Balai Taman Nasional Baluran. Dampak pertama yang paling signifikan adalah orang-orang pada masuk kantor hari itu. Nggak tahu apa yang mereka kerjakan, tapi mereka tampak sibuk sekali. Sepertinya fenomena itu cukup beralasan, karena Pak Indra ternyata orang yang sangat terliti terhadap setiap bawahannya, beliau tahu siapa yang bolos hari itu, bahkan sampai petugas karcis di pos depan, beliau tahu siapa yang males nongol. Pake ilmu kanuragan model apa itu bukan urusan saya, yang penting saya nongol terus.

Sebagai kepala baru, rapat koordinasi dan evaluasi serta peninjauan lapangan adalah aktifitas kami hampir setiap hari. Dan setiap rapat koordinasi dan evaluasi, selalu saja ada karyawan yang kena cuci habis-habisan.

“Pak A, selama ini kesibukannya apa? Sudah menghasilkan apa saja? Sesuai nggak dengan gaji yang anda terima?”

“Pak B, dalam satu bulan berapa jam yang anda habiskan untuk menyelesaikan pekerjaan rutin anda? 5 menit? Atau setengah jam?”

“Pak C, anda itu staf lapangan, ngapain aja di kantor? Sana pergi ke lapangan!”

“Ibu D, kemarin gak masuk kemana?”

Dan sebagainya… dan sebagainya…

Tapi bagi saya, hal seperti itu memiliki satu makna: seragam kebesaran masih tetap kaos oblong! Karena saya sudah menyiapkan jawaban kalau sewaktu-waktu beliau menyakan kenapa saya pake kaos oblong. “Lha saya kan orang lapangan pak, pake seragam membuat saya tidak nyaman berkerja, karena pekerjaan saya menuntut fleksibilitas tinggi dan keringat bercucuran!” hahahahaa.. habis perkara!

Suatu hari ketika kami rapat evaluasi keuangan. Seperti biasa bos baru ini orangnya sangat kritis dan teliti terhadap setiap perencanaan dan pelaporan keuangan. Sampe pada ranah yang paling ekstrim, banyak orang yang menyebut beliau ini orangnya pelit.

“Apa-apan ini, renovasi gedung bisa menghabiskan 300 juta lebih!” lanjut Beliau sambil terus melototi lembar laporan keuangan.

“Tahu nggak apa yang membuat gedung-gedung di komplek kantor kita cepat rusak? Karena anda sering meremehkan hal-hal kecil. Genteng melorot satu dibiarkan, jendela gak pernah dibuka, debu-debu dibiarkan menumpuk sampe tebal. Begitu sudah rusak langsung menghabiskan ratusan juta!” lanjutnya.

“Siapa koordinator bagian umum?” Tanya beliau pada forum.

“Saya Pak.” Jawab Pak Solo Hamonangan Tampubolon, orang Batak citarasa Jombang yang suka ngomeli saya masalah kaos oblong tadi tadi sambil senyum-senyum, karena emang pada dasarnya orang Batak Coret ini adalah orang yang sangat susah diajak serius.

“Pak Solo.” Sahut pak Bos, “Pernahkah Pak Solo menyemprot itu kusen-kusen kantor pake anti serangga?” Tanya Pak Boss.

“Belum pernah Pak.” Jawab Pak Batak Coret ringan.

“Lha ini!” sahut Pak Boss, “Gimana bangunan-bangunan di sini nggak mudah rusak kalo tidak pernah dirawat?” sambung beliau. Semuanya terdiam. Termasuk saya. Hening.

“Oke, kalo gitu, mulai senin depan, Pak Solo nggak perlu harus pake seragam berseterika! Pake saja kaos, biar tidak canggung untuk membersihkan setiap kotoran debu, genting melorot atau menyemprot anti serangga!” perintah Pak Boss tegas.

Spontan saya langsung ngekek…. Wakakakakakk…

Monggo didahar meniko kaose…” sambil gumanku dalam hati hahahahaa..

Akhirnya mulai senin depan saya punya pengikut baru: PNS berkaos oblong!

Endangered..Merak Hijau !!!

Pada tahun 2009, berdasarkan evaluasi dari Birdlife International dan Red List Authority-IUCN untuk burung menaikkan status Merak Hijau (Pavo muticus) dari vulnerable (VU) menjadi endangered (EN). Hal ini didasarkan pada fakta bahwa Merak Hijau mengalami penurunan populasi yang sangat cepat dan fragmentasi habitat yang sangat parah, dimana penyebab utamanya adalah konversi habitat dan perburuan dalam jumlah besar. Tren seperti ini diproyeksikan akan terus berlanjut. (Birdlife Internasional, 2009)

Dari beberapa kawasan konservasi di dunia, di Indonesia diwakili Taman Nasional Baluran dan Taman Nasional Ujung Kulon. Mungkin juga termasuk Alas Purwo dan Meru Betiri. Di TN Baluran sendiri, Merak Hijau relatif masih mudah dijumpai dalam kelompok-kelompok, tiap kelompok biasanya terdiri dari 3-5 betina. Burung jantan cenderung hidup soliter kecuali ketika memasuki musim kawin.

Meskipun perburuan Merak Hijau di TN Baluran hampir tidak ditemukan dalam satu tahun terakhir, namun tekanan habitat masih cukup tinggi mengingat ketergantungan masyarakat sekitar kawasan juga cukup tinggi. Dan yang perlu diperhatikan pula, pada musim-musim berbiak, ketika betina sudah mulai bertelur dan mengerami, intensitas pengambilan telur burung ini cukup  tinggi. Telur Merak Hijau diletakkan pada tumpukan daun dan ranting di atas tanah.

Silahkan lihat juga www.birdlife.org