Selalu saja, semua datang tanpa diduga dan direncakan. Setidaknya itu yang bisa saya katakan atas semua keterbatasan saya. Karena mungkin jauh di dalam kerumitan proses kejadian, hukum kasualitas yang linier, dan hukum fisika yang sangat kulit, sesungguhnya semua kejadian di alam semesta ini memiliki pola dan ritme yang tertata dengan sangat rapi dan konsisten.
Tapi what ever-lah, terlepas semua terencana atau nggak yang penting –akhirnya- saya sukses “menangkap “ si Alap-alap Sapi. Setelah berhari-hari caring di bawah terik matahari Baluran di tengah-tengah savanna, paling banter saya “cuma” dapet dia pas lagi terbang dengan hasil yang alhamdulillah kurang meyakinkan. Tapi pagi itu, saya gak tahu mekanisme apa yang sedang berkerja dalam tubuh alam semesta, gelombang-gelombang halus macam apa yang ditebarkan kepada makhluk-makhluk di Baluran?
Berawal dari giliran piket nungguin kamera cctv yang dipasang di salah satu kubangan di belakang pos Bekol untuk memantau Bantang. Setelah dipasang lebih dari seminggu, untuk yang kedua kalinya Banteng muncul di layar monitor. Jelas pemandangan yang langka bagi saya, karena meski hampir tiap hari saya blusukan ke dalam hutan Baluran, yang namanya Banteng adalah salah satu makhluk paling ghoib bagi saya di Baluran, dan malam itu saya melihatnya dengan agak leluasa. Meskipun cuma melalui layar cctv, setidaknya malam itu saya diijinkan melihat Banteng agak lama.
Pagi harinya, menjelang matahari terbit, keindahan kedua setelah Banteng di Baluran adalah ekor mengagumkan si burung Merak. Meskipun harus dengan tiarap dan ngesot, keindahan si cantik tetap belum tergantikan. Belum lama menikmati si cantik. Tiba-tiba dari balik kerumunan semak, mak bedunduk muncul burung yang jauh lebih cantik, lebih menyebalkan, dan jauh lebih mengagetkan. Siapa lagi kalo bukan Alap-alap Sapi. Burung yang selama ini saya kenal dengan kelakuannya yang susah diajak kerjasama dalam hal potret-memotret ini tiba-tiba hinggap di ranting Mimbo, dan diam tenang seperti tidak terganggu siapa-siapa.
Entah apa yang terjadi dengan dia hari itu. Hilang ingatan sesaat, kerusakan struktur jaringan otak atau gelombang electromagnet alam semesta yang dikirim ke dalam seluruh jaringan tubuhnya sehingga dia lupa dengan manusia kurang kerjaan yang sedang bernafsu memburu dia. Bahkan ketika saya dekati, tidak serta membuat dia sadar. Saya tak kasat mata olehnya pagi itu.
Dan lagi-lagi, atas semua keterbatasan saya, apakah itu sebuah kebetulan?
Einstein, fisikawan terbesar abad modern memiliki satu pekerjaan rumah yang belum terselesaikan: meng-formulasikan Tuhan dalam rumus-rumus matematika. Dia yakin bahwa semua kejadian di seluruh semesta tidak ada yang kebetulan, meskipun melalui runtutan reaksi kimia-fisika yang panjang dan rumit, semua pasti ada asal muasalnya, ada rumus, ketetapan, konstanta dan lain sebagainya. Namun sampai dia meninggal, formula itu belum juga selesai. Pada pada akhirnya dia sampai pada kesimpulan bahwa “Tuhan tidak sedang main dadu.”