Kepala Baru dan PNS Berkaos Oblong

Apa yang terjadi ketika terjadi pergantian pimpinan di kantor anda? Pasang muka, rasan-rasan di kantin, ketakukan baru, atau bahkan sebuah harapan baru. Setiap orang mempunyai karakternya masing-masing yang dibawa kemanapun dia berada. Dan untuk kapasitas seorang kepala, karakter pribadinya sudah pasti akan mempengaruhi seisi kantor yang dipimpinnya.

Dulu ketika saya datang di Baluran, kepemimpinan seorang Kuspriyadi yang kalem dan penuh pengertian, menciptakan nuansa yang bener-bener cair dalam kantor. Katakter beliau yang sangat koperatif, akomodatif, lucu dan penyabar tapi tegas membuat setiap orang bekerja dengan senang hati, berkarya dengan lapang dada, pun untuk beberapa orang mbolos tiap hari dengan tanpa rasa bersalah apalagi takut. Pak Kus bagaimanapun juga dalah sosok orang yang sangat kami hormati waktu itu, pun sampai sekarang minimal oleh saya pribadi.

Bagi saya, kondisi ini membuat saya jadi semakin nyaman tidak memakai seragam, hanya kaos oblong dan sandal jepit, kecuali acara-acara tertentu yang menuntut kerapian barisan. Hampir tiap hari kaos oblong adalah seragam kebesaran saya. Adalah Solo Hamonangan Tampubolon, seorang Batak dengan citarasa Jombang yang tiap hari selalu mengomeli tentang seragam kebesaran saya itu. Tapi beliau orangnya asik jadi tidak pernah sekalipun saya anggap omelan itu sebagai wujud kemarahan apalagi kebencian. Dan akhirnya guyonan-lah ujung dari omelan-omelan itu.

Belum lama merasakan model kepemimpinan Pak Kus, tiba-tiba datang surat dari Manggala bahwa Pak Kus harus segera melaksanakan tugas baru di Kalimantan Timur. Dan digantikan oleh Pak Indra Alinar yang ternyata bukan orang baru, karena dulu pernah menjabat sebagai KSBTU di Baluran. Muncul berbagai macam isu-isu tentang kepala baru ini. Mulai dari yang galak, kalo ngomong ceplas-ceplos, pelit, tertib, disipilin sampai tipe orang yang tidak pernah macam-macam soal makan.

Lalu datanglah hari itu, hari pertama Pak Indra memegang tampuk tertinggi struktur kantor Balai Taman Nasional Baluran. Dampak pertama yang paling signifikan adalah orang-orang pada masuk kantor hari itu. Nggak tahu apa yang mereka kerjakan, tapi mereka tampak sibuk sekali. Sepertinya fenomena itu cukup beralasan, karena Pak Indra ternyata orang yang sangat terliti terhadap setiap bawahannya, beliau tahu siapa yang bolos hari itu, bahkan sampai petugas karcis di pos depan, beliau tahu siapa yang males nongol. Pake ilmu kanuragan model apa itu bukan urusan saya, yang penting saya nongol terus.

Sebagai kepala baru, rapat koordinasi dan evaluasi serta peninjauan lapangan adalah aktifitas kami hampir setiap hari. Dan setiap rapat koordinasi dan evaluasi, selalu saja ada karyawan yang kena cuci habis-habisan.

“Pak A, selama ini kesibukannya apa? Sudah menghasilkan apa saja? Sesuai nggak dengan gaji yang anda terima?”

“Pak B, dalam satu bulan berapa jam yang anda habiskan untuk menyelesaikan pekerjaan rutin anda? 5 menit? Atau setengah jam?”

“Pak C, anda itu staf lapangan, ngapain aja di kantor? Sana pergi ke lapangan!”

“Ibu D, kemarin gak masuk kemana?”

Dan sebagainya… dan sebagainya…

Tapi bagi saya, hal seperti itu memiliki satu makna: seragam kebesaran masih tetap kaos oblong! Karena saya sudah menyiapkan jawaban kalau sewaktu-waktu beliau menyakan kenapa saya pake kaos oblong. “Lha saya kan orang lapangan pak, pake seragam membuat saya tidak nyaman berkerja, karena pekerjaan saya menuntut fleksibilitas tinggi dan keringat bercucuran!” hahahahaa.. habis perkara!

Suatu hari ketika kami rapat evaluasi keuangan. Seperti biasa bos baru ini orangnya sangat kritis dan teliti terhadap setiap perencanaan dan pelaporan keuangan. Sampe pada ranah yang paling ekstrim, banyak orang yang menyebut beliau ini orangnya pelit.

“Apa-apan ini, renovasi gedung bisa menghabiskan 300 juta lebih!” lanjut Beliau sambil terus melototi lembar laporan keuangan.

“Tahu nggak apa yang membuat gedung-gedung di komplek kantor kita cepat rusak? Karena anda sering meremehkan hal-hal kecil. Genteng melorot satu dibiarkan, jendela gak pernah dibuka, debu-debu dibiarkan menumpuk sampe tebal. Begitu sudah rusak langsung menghabiskan ratusan juta!” lanjutnya.

“Siapa koordinator bagian umum?” Tanya beliau pada forum.

“Saya Pak.” Jawab Pak Solo Hamonangan Tampubolon, orang Batak citarasa Jombang yang suka ngomeli saya masalah kaos oblong tadi tadi sambil senyum-senyum, karena emang pada dasarnya orang Batak Coret ini adalah orang yang sangat susah diajak serius.

“Pak Solo.” Sahut pak Bos, “Pernahkah Pak Solo menyemprot itu kusen-kusen kantor pake anti serangga?” Tanya Pak Boss.

“Belum pernah Pak.” Jawab Pak Batak Coret ringan.

“Lha ini!” sahut Pak Boss, “Gimana bangunan-bangunan di sini nggak mudah rusak kalo tidak pernah dirawat?” sambung beliau. Semuanya terdiam. Termasuk saya. Hening.

“Oke, kalo gitu, mulai senin depan, Pak Solo nggak perlu harus pake seragam berseterika! Pake saja kaos, biar tidak canggung untuk membersihkan setiap kotoran debu, genting melorot atau menyemprot anti serangga!” perintah Pak Boss tegas.

Spontan saya langsung ngekek…. Wakakakakakk…

Monggo didahar meniko kaose…” sambil gumanku dalam hati hahahahaa..

Akhirnya mulai senin depan saya punya pengikut baru: PNS berkaos oblong!

2 thoughts on “Kepala Baru dan PNS Berkaos Oblong

  1. Berarti g jadi sedih kan ditinggal bapak yg lama? hehehe
    .
    **KARENA INI ADALAH TUGAS NEGARA, MAKA TIDAK BOLEH MELIBATKAN PERASAAN. HARUS PROFESIONAL DAN NASIONALISME HAHAHAAA…

    Like

  2. oh…pak Kus di kaltim?
    kutai timur po piye?
    soale lagi sering dolan nang kono mas,,sopo ngerti iso mampir,,syukuy-syukur bisa koordinasi multipihak,,,
    **WAH AKU GAK NGERTI NENG NDI PASE.. PALANGKARAYA KETOKE..

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s