Baru kali ini, seumur hidupku, kok ada juga yang percaya kalo saya bisa jadi juri birdrace. Dan saya sendiri, kok ya bisa-bisanya mau jadi juri. Seperti ada kekuatan yang sangat kuat yang membuat saya tidak bisa menolak permintaan melalui telpon, “Mas Swiss, bisakan bantu kami jadi juri birdrace?” tepat 2 hari sebelum hari H lomba berlangsung!
Dan sampailah saya di Kampus ITS, kampus yang seandainya ada mahasiswa yang mau nyambi bikin tambak, saya jamin dia gak akan bingung utang sana utang sini di akhir bulan, karena saking banyaknya kolam-kolam yang berpotensi untuk pembiakan ikan. Bisa juga kodok, ular dan biawak.
Seperti biasanya, jadwal lomba dari tahun ke tahun selalu begitu: kumpul, pembukaan, briefing, pengamatan, penilaian, pengumuman, foto-foto dan pulang. Cuma untuk kali ini, ada panggung hiburan yang diisi oleh kelompok anak-anak jalanan dari sanggar “Padang Alang-alang”, beberapa panitia juga ikut nunut unjuk kebolehan nyanyi atau gitaran di atas panggung. Lha saya, sama 2 juri lainnya, Uút dan Londo, dengan terpaksa tidak bisa ikut party-party di luar karena harus ngoreksi hasil lomba. Mliliki satu per satu sketsa peserta mulai dari yang sangat bagus sampai yang sangat rusak. Dengan berbagai macam cara menulis nama Indonesia, Inggris dan Latin yang tentunya sangat menyiksa pupil dan retina mata saya. Dan hal itu terjadi selama dua malam, malam pertama sampai jam 5 pagi dan malam kedua sampai jam setengah 4 pagi!
Untuk menghindari subyektifitas, saya berusaha tidak mau tahu anggota kelompok masing-masing tim. Karena banyak juga dari peserta yang saya kenal baik, bahkan ada juga yang dulu adalah bimbingan saya waktu di Jogja. Pokoknya sketsa gak kebaca langsung kasih nilai minimal, bahkan nol sekalipun. Itupun sudah saya perlebar selebar mungkin ruang toleransi saya terhadap kesalahan penulisan nama. Karena saya sadar, kondisi di lapangan sangat tidak memungkinkan untuk menggambar atau menulis dengan rapi dan sempurna bagus.
Dan sampailah di acara pengumuman juara. Mulai dari juara potensial, juara III dan juara II saya masih tidak heran, mengingat mereka-meskipun banyak juga pemain baru- adalah pemain yang sudah sering ikut lomba kayak begini. Tapi yang membuat saya kaget , kaget terhadap hasil penilaian saya sendiri, adalah ketika diumumkan juara I adalah dari kelompoknya Bintang! Namanya Al-Soneta. Lha kok bisa?
Bintang adalah pengamat burung muda yang dulu sering saya ajak jalan-jalan ke lapangan, saya fasilitasi bikin kelompok pengamat burung di sekolahnya waktu dia SMP dan saya memang sangat akrab betul sama dia dan keluarganya. Wuaduh… semoga saja tidak ada yang beranggapan kalo saya sedang melakukan KKN.
Ra sah kaget mas… biasa wae,, he3…
**NAH, APALAGI ANGGOTA TIMNYA KAMU, SUROSO… HAH… MENYESAL AKU 😀
LikeLike
Hebat kan mas, orang cadel bisa menang birdrace….wkwkwkwkwk
LikeLike
Jadi juara udah bolak-balik, jadi juri juga udah.
Kayaknya tinggal bikin bird race-nya yg belom….
LikeLike
Setuju.. setuju…
LikeLike
aku cuman bisa mampir ikutan disini ndan,…..he3x,takut ikutan bd’racenya, takut ama jurinya, wkkkwwkk…..
**PRETT… 😀
LikeLike
aku iyo ah,.. berhubung sibuk banget dadine mung iso melu nang kene,.. Tapi lek aku gak wedi karo jurine,.. wedi ketemu cah ayu malah ga sido melu birdrace,.. hahahaaa
**WO LA PANTES GAK PAYU2 BRIO…LA KARO AREK WEDOK AE WEDI… HEHEHE 😀
LikeLike
we’e’e… cah jogja emang tiada duanya.
makasih mas swiss. aku sudah ketemu sama mas batak dan mbak sukma.
semoga silaturrahim kita semua selalu terjaga.
**OKE, SYUKURLAH KALO BEGITU. KALO KETEMU MEREKA, SALAM YA… 😀
LikeLike