“Gendheng! Dagelan apa lagi ini?” tanya kawan saya.
“Ono opo cak?” tanya saya menimpali.
“Mosok rek, nikah sirih gak boleh? Habis merokok diharamkan, golput haram, 2012 haram, sekarang malah nikah sirih ikut-ikut diharamkan.” jawab dia dengan nada yang agak tinggi.
“Oalah, itu to? La terus, gendhengnya dimana?” balasa saya bertanya.
“Lha iya gendheng ta cak, la wong sesuatu yang halal kok diharamkan, malah banyak yang diharamkan oleh agama justru dihalal-halalkan!” tegas dia, “Dan yang mengharam-haramkan itu tidak lain orang-orang Islam yang mengatasnamakan dirinya mewakili umat Islam!”
“Lho, bukannya melarang nikah sirih itu maksudnya untuk menolong para wanita yang dijadikan korban sama lelaki-lelaki yang hanya memperalat legalitas nikah sirih untuk melampiskan nafsu syahwatnya saja cak? Habis itu colong playu tinggal glanggang!” saya mencoba memanas-manasi dia.
“Lha kalo itu masalah akhlak, ndo!” sanggah dia. “Dan hukum negara, apapun bentuknya tidak akan pernah bisa menyentuh wilayah akhlak yang sangat privat dan rahasia.” wow sekarang dia mulai berteori.
“Jadi ini adalah bentuk intervensi negara terhadap kehidupan pribadi seseorang, gitu maksudnya sampeyan?” saya menegaskan.
“Betul. Tapi bukan intervensinya yang bermasalah. Lha kalo ada orang yang perilakunya suka mengganggu tetangga-tetangganya, ya intervensi negara melalui hansip atau polisi justru perlu. Tapi ini nikah sirih e, ndo. Sesuatu yang jelas halal kok diharamkan.” argumentasi dia mulai analitis.
“Meskipun tidak dicatat negara, memangnya semudah itu orang nikah sirih trus kawin lagi? Gak gampang cak, tetangga-tetangga sampeyan tetap akan jadi wartawan infotainment yang setiap saat memantau status sampeyan lalu mengabarkan kepada seluruh warga kampung kalo sampeyan kawin lagi. Dan kalo sudah masuk forum ngrasani, sebaik-baiknya sampeyan tetap saja akan dibahas melalui perspektis rasan-rasan yang destruktif informasi dan makna.” waaa… boleh juga ne kawan saya.
“Apakah ada jaminan, kalau sampeyan nikah resmi agama trus sampeyan gak kawin lagi dan kawin lagi? Lak yo cuma PNS aja to yang dilarang punya istri lebih dari satu.” lanjut dia
“Punya istri dua dengkulmu mlontos! Satu saja belum punya mau minta dua!” balasku tapi dalam hati saja.
“Wacana pelarangan nikah sirih ini jelas akan merusak makna sakral kawin sirih yang justru seharusnya diagung-agungkan sehingga punya nilai moral yang sangat mengikat dalam masyarakat kita. La kalo nikah sirih dilarang, diharamkan, kan maknanya jadi tidak beda dengan zina! Pelacuran aja gak dilarang asal dilokalisir dan lonte-nya wajib pake kondom dan cek kesehatan rutin. Trus nikah sirih yang jelas-jelas tidak keluar dari hukum agaman yang dianut dan disepakati oleh umat kita kok malah diharamkan! Pancen mbokne ancuk arek-arek iku!!” sepertinya dia benar-benar tidak menerima logika pelarangan nikah sirih ini.
“Trus enaknya gimana, Cak?” tanya saya, dan mungkin sebaiknya disimpulkan saja pembicaraan ini sebelum terjadi pertikaian berdarah.
“Ya enaknya, kalo sampeyan bosan sama istri sampeyan. Gak usah repot-repot nikah lagi. Karena nikah resmi negara jelas gak boleh karena sampeyan PNS, nikah sirih juga dilarang, jadi mending nglonte saja! Kumpul kebo!” jawab dia yang langsung saja balas dengan kata dalam hati: sampeyan betul cak, tapi jebule sing gendheng iku sampeyan, cak!
kalo bole tau,, siapa sih kawan panjenengan kuwi mas??benar-benar ada?
jangan-jangan pean ngomong dewe…wkwkw
**TEMAN IMAJINER. ALIAS GENDHENG NGOMONG DEWE HAHAHAA…
LikeLike
kan pancene wes gendeng,..
**AKU KI GAK GENDHENG CAK. MUNG RADA TERGUNCANG SITIK..HAHAHA… 😀
LikeLike
GAYA REK..BIASAE…FOTONE MANUK-MANUKAN..
SAIKI WES PINTER SLULUP..GANTI IWAK-IWAKAN…:)
**LO, KAN KET BIYEN AKU WES PINTER SLULUP. MUNG SIK TAK-RAHASIAKNO AE… HEHEHE…
LikeLike
hehe
LikeLike