Jalak Putihku Bertambah Lagi

The Most Baluran's Valuable Bird

Pagi itu, sebelum agenda rapat pembahasan ekspos wisata berlangsung, si tedi dengan tergopoh-gopoh menggampiri aku, dengan muka serius dan abang-ireng, “Neng tower tengah! Jalak Putih neng ngarepku persis ono 12!”

“Hah?” aku langsung terperanjat. “Rolas?” dengan mata agak mendelik.

Jalak Putih dengan angka segitu memiliki 2 arti, pertama adalah berita paling membahagiakan selama aku di Baluran karena sejauh ini jumlah pertemuan tidak lebih dari 7 ekor. Tahun lalu malah paling banyak ketemu 3 ekor. Berarti mereka masih “cukup aman”, setidaknya jumlahnya bertambah dari tahun kemarin. Kedua, berita itu seakan-akan tedi sedang mengiming-imingi aku, “Ayolah… masak gak tergoda memburu fotonya?” kurang lebihnya begitu dengan mukanya yang memang sudah mesum sejak lahir.

Wuokee… kenapa takut! Jadi sepanjang rapat kita berdua asyik sendiri ngrasani si jalak. Begitu rapat sedang break makan siang, kita berdua langsung berkemas mempersiapkan alat. Rapat dilanjutkan, semua peserta rapat masuk ke ruang, kita berdua ngacir meluncur ke Bekol. Ke Tower Tengah, lokasi keramat bagi Jalak Putih karena selalu disana mereka terpantau.

Tahun 2010 ini, IUCN meningkatkan status keterancaman Jalak Putih menjadi CR (Critically Endangered)! Bahkan lebih “mahal” dibandingkan Banteng yang notabene adalah flagship Baluran dan Merak Hijau. Setara dengan Jalak Bali, Trulek Jawa, Harimau Sumatra, Badak Jawa, Badak Sumatra, dan Komodo ya kalo gak salah? 😀

Di Baluran, Jalak Putih adalah simbol keteraniayaan satwa liar oleh praktik perburuan gelap. Kata orang tua-tua dulu, Jalak Putih sangat banyak di Baluran. Tapi karena suaranya yang terkenal mahal di kalangan penggemar kicuan burung, burung ini pun menjadi korban paling mengenaskan baik di Baluran maupun hampir di seluruh Jawa-Bali dimana habitat asli mereka berada.

Sampai di Tower Tengah jam setengah 4 karena kita harus Asharan dulu. Dan ternyata mereka sudah menunggu di atas pohon Kesambi. Tapi sayang kita tidak menyadarinya, begitu kita parkir motor, mereka langsung brrrrr… terbang sambil mengeluarkan suara khas mereka. Ahh… sayang sekali. Tapi no problemo. Biasanya sekali mereka terpantau di Tower Tengah pagi, sore hari mereka pasti kesana lagi. Jadi kita tunggu saja.

Dapat setengah jam, belum ada tanda-tanda mereka akan kembali. Sepasang sandang lawe menggoda kita dengan terbang rendah di atas savana, lalu turun di tempat dimana kita bisa motret dengan bagus. Tapi tidak, tujuanku ke sini adalah Jalak Putih. Tidak ada lainnya yang bisa memuaskanku.

Jam tangan sudah menunjukkan pukul setengah 5. Hari semakin gelap saja, apalagi langit sudah mendung sejak pagi tadi. Lalu tiba-tiba tedi bereaksi, “Sssttt… awakmu krungu suarane iko ta? Jelas suarane Jalak Putih iku!” Lalu kita langsung menyepi. Memasang baik-baik telinga. Di sela-sela gembrebek suara angin savana, berbisik suara itu… creett.. Yup! Benul! Jalak Putih. Aku cari dimana sumber suara. Ternyata mereka mendarat di atas pohon Bukol tidak jauh dari menara pandang. Berkelompok.

Karena jaraknya terlalu jauh dari posisi kami menunggu, maka tidak ada pilihan lain kecuali mendekatinya. Dalam hati saya yakin mereka pasti langsung terbang begitu tahu ada orang mendekat. Dan betul juga, begitu sadar ada orang kurang kerjaan yang mendekat, mereka langsung menjauh. Aku ambil posisi terbaik untuk mengintai. Ahh.. jauh sekali mereka. Aku intip pakai laras panjang, aku hitung ada 8 ekor dalam kelompok itu.

Lo, tadi katanya tedi ada 12. Semoga kalo dia benar berarti ada 1 lagi kelompok yang tercecer. Dan semoga kelompok yang tercecer ini tidak tahu kalo ada orang kurang kerjaan yang menungguinya. Menunggu dan menunggu.

Jam tangan sudah bergeser lagi sampai angka 5. Matahari juga sudah benar-benar menghilang di balik gunung Baluran. Mulai gelap. Dengan cahaya begini, posisi dan jarak bagaimanapun tetap tidak akan maksimal. Tapi ya sudahlah, wes kadung nyanggong. Dan tiba-tiba, setelah menunggu 1,5 jam suara kha situ muncul lagi. Dan kali ini tidak jauh dari kepalaku. Creett…creett… 4 ekor Jalak Putih tidak tahu kalo sedang diamati -lagi-lagi- orang kurang kerjaan.

Aku cari-cari sambil bersiap-siap membidik. Creett… nah itu dia. Haha… bertengger tepat di ranting kering terbuka. Dengan jantung deg-degan (asli gak mendramatisir ini) kamera langsung aku arahkan ke dia. Tahan nafas karena cahaya rendah menyebabkan shutter speed juga rendah, vibrasi sudah pasti. Tapi cara itu kurang maksimal karena cahaya memang bener-bener gelap. Maka ISO harus dinaikkan. Tapi kok gak berubah? Tetap saja speednya lemah.Oooalah… salah pencet tombol W/B. Gila saking gugupnya sampe salah pencet tombol.

ISO 560.  Masih lemah. Langsung naik ISO 1100, lumayan agak ngangkat, tapi masih lemah. Naik lagi ISO 2200, lumayan cukup signifikan. Tapi masih agak vibrasi dikit. Naikin lagi ISO 3200! Stabil, gak vibrasi karena dapat speed 1/250 s. Tapi ya gitu, fotonya jadi mbrindil alias noise banget!

Tapi kita tetap puas. Yang penting dapat meskipun dengan kualitas yang “biasa”. Dan yang penting lagi jumlahnya sekarang jadi 12 ekor! Kamipun segera balik ke pos Bekol karena hari sudah nyaris gelap. Dan… tidak ada yang gratis di dunia ini! Ban motor kita gembos! Ahh… kampret sialan!

3 thoughts on “Jalak Putihku Bertambah Lagi

  1. Mantap masbro,… lha akhire sing apik fotone entuk piro kok sing di pasang mung siji?… pose yang lain mana?
    **hehehe gak ono sing luweh apik po luweh elek, mung iku satu2nya 😀

    Like

  2. Sip… sip… Ra sia2 Kang Tedi raine abang-ireng. haha…
    Iki nek itung2an hijriyah po masehine kapan to??
    **itu tepatnya pas 7 Suro ato 13 desember 2010 bro… 7 dan 13 adalah angka keramat, sasi suro meneh hehehe…

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s