Mungkin ini adalah pertama kalinya saya meresensi sebuah film. Bukan kebiasaan saya, karena bagi saya nonton film ada hiburan, gak usah direcoki dengan embel-embel seperti bikin resensi. Tapi kali seperti saya terpaksa harus menulisnya. Alasannya adalah, pertama, sampai sekarang saya masih terngiang-ngiang setiap scene film ini. Kedua, saya bisa melihat arti sebuah cinta yang sejati dari kisah dua makhluk kecil dalam film ini.
Yah, cinta yang sejati. Saya, anda, kita semua, pernah mengalami itu: cinta sejati tanpa dibumbuhi kepentingan nafsu biologis, doktrinasi agama, desakan adat istiadat atau sekedar kegilaan sesaat. Waktu itu saya masih SD, bagaimana dengan anda?
Owen, sebenarnya adalah seorang anak yang baik, tapi perceraian orang tuanya dan ulah teman-teman sekolah yang sering mengganggu dia, membuat dia tumbuh menjadi anak yang secara psikologis kurang sehat. Tapi bukan gila atau paranoid. Dia hanya butuh kehangatan dan perhatian lebih. Sampai kemudian dia mendapat tetangga baru. Seorang gadis bernama Abby dengan “ayah”-nya. Dari sinilah cerita berawal.