Hampir dua minggu saya gak ngantor. Menjelajahi lagi Baluran, atau sekedar nyanggong si Jalak. Sebenarnya tidak semua kerjaan saya melulu di lapangan, banyak juga yang harus dikerjakan dan diselesaikan di atas keyboard leptop. Artinya, tanpa harus di berada di Baluran pun saya masih bisa mengerjakan pekerjaan-pekerjaan itu. Tapi menikah memang sama sekali berbeda. Mencengangkan, mengagetkan, mangharukan dan menguras banyak energi. Dan kemarin, kaki saya mendarat lagi di Baluran tepat waktu shubuh.
Istirahat sebentar sebelum memulai lagi kebiasaan bujang saya: check email, update blog, BBB inggris, rekap data, mbantu menyelesaikan bukunya mas Hary, ebook fobi. Lalu email dari Pak Bro Nurman yang dari Direktorat Konservasi Kawasan itu yang menyuruh saya meluncur ke kantornya Purwo. “Kita ingin sharing pengalaman dan masukan dari kawan-kawan Baluran tentang pelaksanaan Pengelolaan Taman Nasional Berbasis Resort.” kurang lebihnya begitulah isi email itu.
Pengelolaan Taman Nasional Berbasis Resort (RBM: Resort Base Management) adalah konsep pengelolaan yang mengoptimalkan fungsi resort sebagai ujung tombak pengelolaan sebuah kawasan taman nasional. RBM adalah sebuah ijtihad menuju pengelolaan taman nasional yang lebih profesional bermodal spirit yang tulus dan komitmen yang sungguh-sungguh. RBM adalah -bisa jadi- konsep original tentang pengelolaan taman nasional di Indonesia yang tidak bisa dipisahkan dari segala macam karakteristik biofisik kawasan, watak sosial budayanya, arus teknologi negaranya, perputaran ekonominya pun penyakit-penyakit birokrasi dalam tubuh pemerintahnya. RBM adalah konsep besar yang belum tersusun jaringan sirkuit formulanya. RBM adalah mimpi besar nan mulia yang masih dipandang dengan penuh curiga, waspada, optimis maupun biasa-biasa saja oleh banyak kalangan pemerhati maupun pelaku langsung pengelola kawasan konservasi di Indonesia.
“Tahun 2014, RBM harus sudah bisa dijalankan di seluruh taman nasional di Indonesia!” begitu pembukaan Pak Bro Nurman yang dari direktorat KK itu! 3 tahun lagi waktu yang kita miliki untuk merawat bibit pohon ini sampai dia benar-benar siap. Asupan nutrisi spirit dan komitmen. Infiltrasi informasi dan share learning. Update teknologi. Dan tentunya kesepakatan pendanaan.
Diskusi pun dimulai. Dan saya masih teringat istri “baru” saya yang saya tinggal sendirian di kamar barak polhut.