Di setiap bulan Februari sampai Juni/Juli, Baluran selalu dikunjungi rombongan tamu istimewa. Sekelompok Manyar Emas yang tidak tahu dari mana datangnya, karena di luar bulan-bulan itu mereka seperti menghilang yang tidak tahu juga kemana perginya. Manyar-manyar ini berkunjungnya pun selalu di tempat yang sama tiap tahunnya: rawa yang ditumbuhi rumput Tifa. Di blok Gatel tepatnya. Dan yang pasti lokasi rawa itu berdekatan dengan areal persawahan yang padinya sudah gede-gede.
Yup, betul sayangku, kelompok manyar itu mendatangi Gatel untuk menemukan lokasi yang ideal untuk bersarang. Rumput-rumput tifa yang tinggi dengan daun tebal dan kokoh akan menjadi pondasi kuat bagi manyar untuk membangun sarangnya. Lalu, padi-padi yang tumbuh subur itu akan menjadi sumber pakan berlimpah untuk anak-anak manyar saat musim panen tiba. Mereka adalah makhluk cerdas yang bisa menghitung kapan memulai membangun sarang, kawin, mengeram sampai mengasuh anaknya yang berbarengan dengan musim panen padi tiba.
Membangun Sarang
Selain pintar menghitung hari, burung-burung lucu ini juga arsitek sekalian tukang batu yang hebat pula. Selain merencanakan bentuk bangunan, dimulai dari mencari material sarang, angkut-mengangkut sampai penyelesaikan pembangunan sarang semua dikerjakan sendiri. Tidak ditenderkan.
Untuk membuat sarang itu, minimal harus ada dua helai daun Tifa yang sudah besar sebagai tiang penopang sarang. Kedua daun ini kemudian kemudian dikaitkan satu sama lain sehingga terbentuklah “batu pertama” sarang. Nah, kalau dilihat-lihat, untuk membuat batu pertama ini dibutuhkan material yang harus kokoh dan mempunyai panjang cukup sehingga menghasilkan ikatan yang cukup kuat. Dari mana meterial itu diperoleh? Ternyata mereka menyayat daun tifa, beberapa ada yang menyayat rumput gajah yang besar. Dua material sarang yang memang kokoh sepertinya. Dengan terselesaikannya batu pertama, langkah selanjutnya akan lebih mudah dan kebutuhan materialnya juga tidak khusus harus panjang, meskipun bisa jadi itu adalah pilihan pertama. Beberapa sarang bahkan memanfaatkan tangkai buah padi.
Sex Rules
Seperti umumnya spesies dimorfik, jantan dengan bulu lebih indah memiliki daya tarik tersendiri yang membuat para betina mau dipoligami. Para betina inipun juga rela membangun sarang. Mungkin ada beberapa spesies dimorfik dimana jantan harus menyelesaikan dulu sarangnya sebagai bagian dari kriteria penilaian suami yang terpilih. Tapi dengan sex rasio, sekitar 1:5, sepertinya tidak ada pilihan pagi para betina ini harus ngalah.
Nah, karena pejantan tangguh ini tidak kebagian jatah membangun sarang maka dia dibebani tanggung jawab lain: menjamin keselamatan dan kelancaran proses pembangunan sarang. Ketika ada bahaya, seperti manusia kurang kerjaan yang membawa kamera, si jantan akan segera mencari tempat lebih tinggi untuk memberi sinyal bahaya kepada para istrinya sambil mengeluarkan suara “trek..trek..”
Posisi bertengger di tempat tinggi ini ternyata tidak hanya untuk memmudahkan dalam menyampaikan pesan bahaya tapi, yang tidak kalah pentingnya, memancing perhatian si manusia kurang kerjaan! Warna bulunya yang kuning mencolok, di tempat tinggi, mau tidak mau akan membuat orang menaruh perhatian kepadanya. Terkadang dia men-display bulunya yang indah. Pokoknya caper-lah. Nah disaat pengamat memperhatikan dan mengagumi, bahkan ada yang sampai menangis haru, keindahan bulu di jantan, di bawah sana, di antara rerumputan tifa yang lebat para betina dengan leluasa keluar masuk rerumputan untuk membawa material dan membangun sarangnya.
Saat bahaya benar-benar dirasa sangat mengancam, manyar betina akan menjauh duluan. Manyar jantan adalah yang terakhir menjauh. Kalaupun dia harus menjauh tidak akan jauh dari lokasi sarang sambil terus bertengger di tempat tinggi untuk tetap mengawasi. Jantan-jantan ini juga mempunyai tugas mempimpin kelompok betina yang pergi mencari makan.
Jadi begitulah keluarga poligami manyar dijalankan.
Baluran, Swiss Winnasis melaporkan…
cerita yang menarik seperti baluran yang membuat saya penasaran,…
mungkin ra masbro nek manyar iku migrasi?…
**ketoke iyo lek, tapi migrasine lokal opo interlokal aku gak ngerti. sing jelas pada musim2 tertentu de’e gak ono blas.
penasaran? ke sini donk hehehe…
LikeLike
Insya allah pas Birdrace ke-2,… tapi ra melu lombane,.. melu ngumpul2e ae,..
ga coba nggolek2 info distribusine pow?
**tenan lo yo? takenteni!
iyo ki arep golek referensine gae nulis neng BirdingAsia hehe.. sopo ngerti nyantol.
LikeLike
wes,.. masbro imam todong ben ngewangi nggolek referensi trus trik nulise,.. hehehe,..
Insya allah bird race ke-2 mrono,.. insya allah,.. hehehe
**takcatet! awas nek gak teko! 😀
LikeLike
kalo ada judul sebelum manyar berumah tangga semestinya juga ada yang berjudul swiss sebelum berumah tangga.
mantapp bro buat referensi!
**referensi nyarang bro? hahaha…
LikeLike
apik. apik tenan… (koyoke ket biyen aku moco tulisan2 arek iki mung iso koment ngono.hehe,,)
**ha yo ncen mung ngono iku isomu wekekekkk…
LikeLike
Pantes dijenengi MANYAR: MAnten aNYAR… hahaha
**cah cilik ngomong2 manten anyar… gak pantes! 😀
LikeLike
Apa poligami itu memang “alamiah” ya? Ehmmmm….
**secara biologis dan psikologis seharusnya dia alamiah pak. itu sebabnya Islam memperbolehkan. tapi sekarang kan serba terbalik pak. poligami dihujat habis2an. di dunia binatang hampir semua yang memiliki panampilan indah adalah jantan yang berfungsi untuk merayu betina, tapi jaman sekarang yang justru dandan adalah para wanita. hehehe…
LikeLike