Sekarang kabar itu datang dari Juragannya Admin, he said “uwis 11.000 Lik, nambah 1.000 visitor kurang dari sebulan ini.. sebenere, sing luwih penting dari sebuah karya adalah manfaatnya.. manfaat positif bagi masyarakat.. lebih baik sedikit audiens namun ada artinya, daripada sejuta audiens namun kosong tanpa makna.. meski tentu lebih baik juga jika banyak audiens, dan banyak juga manfaat untuk mereka..” yang kemudian ditutup dengan bijaksana “ayo terus makaryo Lik..”
Yah, lagi-lagi saya ketinggalan angka bulan 11.000, karena pas saya cek sudah kelebihan 40! Dan yang lebih penting adalah penambahan 1000 visitor dalam satu bulan adalah indikator konkrit bahwa situs ini disukai orang banyak. Lalu kenapa dia disukai? Apakah karena dia yang pertama di Indonesia, apakah karena informatif, atau seperti yang dikatakan Pak Kumendan tadi: manfaat! Semua kemungkinan itu punya peluang sama untuk menjadi benar. Tapi terlepas dari peluang-peluang itu, ruh awal yang diboyong para pendiri situs ini tidak lain adalah menciptakan ruang seluas-luasnya kepada sebanyak-banyaknya orang untuk belajar, mengenali, mengsumbangsih, sebagai bentuk cara untuk mencintai kekayaan hayati negeri kita.
Saya masih ingat bulan kemaren, saat anak-anak PKLP dari Fahutan IPB memasuki injury time menyelesaikan agenda study mereka di Baluran: buat laporan akhir, setelah hampir satu bulan mereka di Baluran. 1 orang dari 6 mahasiswa ini mengambil study tentang Lepidoptera di Baluran, namanya Age. Data dari lapangan sudah dikumpulkan dan sudah saatnya dia menyelesaikan laporan. Nah proses wajib menyelesaikan laporan ini tidak lain dia harus mengidentifikasi temuan kupu-kupu yang dia tangkap. Tapi ternyata banyak jenis yang tidak berhasil diidentifikasi. Melihat hal itu spontan saya suruh dia ketik “www.fobi.web.id” di addres bar mozillanya. Klik “foto”, lalu masuk ke halaman “lepidoptera”. Lalu saya pandu satu-persatu mengidentifikasi spesimen dia. Dan… solved! Kecuali spesimen yang emang rusak dan tidak bisa diidentifikasi, semua jenis berhasil diidentifikasi!
Tiba-tiba dada saya bergetar. Jadi inikah manfaat situs fobi itu? Padahal saya yakin, ada buanyak Age di Indonesia yang kesulitan mengidentifikasi temuan mereka di lapangan. Dan saya yakin lagi, ini baru manfaat kecil dari situs ini. Saya membayangkan jika semua foto biodiversitas di Indonesia berhasil dikumpulkan dalam waktu 20-25 tahun ke depan. Lalu 100 tahun lagi, ketika keserakahan manusia sudah tidak terelakkan lagi, alam liar hancur-hancuran, burung-burung tidak bisa bersarang karena pohon terakhir sudah ditebang, sungai tidak lagi bisa ditinggali binatang air, dan situs inipun menjadi satu-satunya hutan tropis Indonesia yang tersisa!
Foto ternyata bukan sekedar gambar diam. Menenteng kamera bagus bukan sekedar simbol dan modal eksistensi diri. Nyangklong kamera lalu berburu foto hayati ternyata adalah alasan logis kita bisa mendekat dengan alam. Mulai dari pekarangan rumah sampai dalam hutan-hutan sunyi nan gelap. Alasan kita berinteraksi dengan mereka. Menyentuh lembabnya lumut. Menghirup aroma tanahnya. Merasakan clekit-clekit digigit nyamuk atau semut. Kemulan dengan dinginnya malam. Lalu mengucap syukur kepada Tuhan, betapa Beliau masih sabar memberi kita kesempatan memiliki dan menjaga kekayaan tak ternilai ini.
Dadi opo meneh sing mbok tunggu? Ayo terus makaryo Lik..!
dan sekarang, baru ‘ngeh’ kalo angkanya sudah menembus 13 ribu… Dua ribu dlm satu bulan… Keprok pramuka 🙂
LikeLike
Terbukti nek FOBI akeh manfaate,.. terbukti akeh sing mengunjungi,.. mari berkarya,…
LikeLike
Subhanalloh banget pokok e, Indonesia ki ncen sugeh tenan.
Saatnya anak bangsa ini yang mengabadikan flora-fauna negeri sendiri.
LikeLike