Anak Kecil juga Manusia

Saya adalah penggila film action. Mulai dari action kungfu, tembak-tembakan, adventure, sampai robot-robotan macam Transformer. Pada tingkat kegilaan di bawahnya adalah film drama romantis hehehe… Tapi film Boy yang barusan aku tonton barusan adalah film drama yang bisa nyundul mengalahkan film action dalam daftar the most liked movies saya. Meskipun tetap juara abadi adalah My Sassy Girl.

Bukan film Hollywood yang jelas. Dan gak gampang juga cari download-annya.

Boy mengkisahkan seorang bocah umur 11 tahun dari suku Maori yang tinggal di desa di sebuah kecamatan kecil pula di Selandia Baru. Ditinggal mati oleh ibundanya saat melahirkan adik keduanya serta ditinggal minggat oleh ayahnya yang ternyata masuk penjara, Boy (panggilan dia) hidup dengan 4 lagi sepupunya yang masih kecil dan seorang nenek. Dia sangat mengidolakan seorang Michael Jackson, dan bapaknya. Bahkan nama aslinya diambil dari nama belakang bapaknya: Alamein yang diambil dari sebuah tempat dimana suku Maori pernah berperang pada PD II. Dan ibu, bagi dia adalah seorang malaikat cantik.

Kehidupannya datar seperti anak kecil pedesaan biasanya. Mengasuh adik-adiknya, menyukai cewek paling cakep di kelasnya, bermain-main dengan anggota gangnya yang kadang sampai ke kebun ganja di tengah-tengah rerimbunan kebun jagung. Masalah datang saat sang nenek, satu-satunya orang tua di rumahnya pergi keluar kota untuk beberapa waktu. Pada waktu yang bersamaan datang pula bapak yang dirindunkannya bersama dua anak buahnya.

Sosok bapak yang sangat diidolakannya itu kini ada di depan mata. Naik mobil sedan yang bisa dibilang keren untuk ukuran orang desa tapi kunci kontaknya menggunakan sendok. Apapun yang dilakukan olehnya bapaknya adalah keren. Mulai dari bikin pesta mabok-mabokan, menggambar tato, sampai judi. Kalaupun itu tidak sesuai dengan hati nuraninya, dia akan berusaha mengerti. Bahwa dia adalah bapak yang diidolakannya. Namun, seperti apapun seorang anak kecil yang mengidolakan bapaknya, Boy tetap seorang manusia yang juga punya hati, punya akal sehat untuk menentukan pilihan yang terbaik baginya dan adik-adiknya.

Sebuah drama kehidupan yang dikemas dengan sangat lugas dan kocak. Percakapan-percakapan sederhana keseharian. Dan yang pasti sampeyan bisa melihat Selandia Baru dari sisi yang berbeda, baik itu budayanya, kultur masyarakatnya maupun bentang alamnya yang jelas sama sekali berbeda yang kita kenal melalui film Lords of the Ring.

Satu hal yan membuat saya tak habis pikir adalah adik Boy, si Rockey! Kok bisa-bisanya si sutradara nemu anak macam dia. Actingnya benar-benar polos apa adanya tapi keren abis. Datar tapi lucu. Dan pemeran bapaknya, benar-benar bisa menampilkan sosok lelaki pecundang yang sempurna.

Sebuah film yang bisa membuat sampeyan senyum-senyum sendiri, gak perlu terpingkap-pingkal, cuma senyum saja sambil dalam hati sesekali saya ngedumel: asem.. apik tenan!

3 thoughts on “Anak Kecil juga Manusia

  1. Judul tulisanmu i lo mas…njok so wot gitu looo..? xixixiix…kalo Om Cwiss bisa senyum-senyum sendiri lantaran liat film itu, saya tak senyum-senyum juga mencermati judul risensi ini…:D *baru sadar kalo tajuk risensinya seperti ini ; salam sinematografi bergerak*
    **waaa… oalah bun.. la sampeyan iki moco opo to?

    Like

  2. Weh, aku nduwe film iki! Aksen bahasane lucu! Udah gitu gak ada teksnya lagi… Eh mas, sampeyan wes tau nonton Little Brother? Atau Hello Brother? Film Korea yang tearjecking abissss! Apik!
    **wah durung e jeng. mbok aku jaluk! opo nek ono link donloatan?

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s