Karena Musik Tidak Untuk Di-Fanatik-i

Saya, dari dulu paling gak suka sama grup musik yang menonjolkan keislamannya. Meskipun saya bisa menangis tersedu-sedu saat mengumandangkan sholawat nabi, atau fly saat mendengar alunan musik-musik yang dibawakan Kyai Kanjeng. Tapi tetap saya dari dulu gak pernah tertarik mendengarkan lagu-lagu yang dibawakan oleh group nasyid atau vokalis yang menonjolkan keislamannya. Aneh, hipokrit? Ya, tapi itulah yang terjadi.

Mungkin hanya Soneta dan Bimbo, dua grup lawas yang bisa menghiburku. Apalagi kalo sudah mendengarkan lagunya Ungu yang sok religius itu, bukannya damai hati bisa-bisa langsung kesurupan saya. Mungkin sampeyan ingat beberapa tahun terakhir ini banyak group pop yang jualan lagu islami tentunya dengan gaya musik dan lirik apa yang mereka tahu tentang Islam.

Nah, pada suatu ketika datanglah Sutadi, temen PEH paling aneh sedunia itu. Duduk di depan komputer PEH langsung muter winamp. Perlu sampeya ketahui, yang namanya nyetel winamp di ruang PEH itu gak pernah dengan volume lirih apalagi bisik-bisik. Loud speaker Altec Lansing terlalu bagus kalo cuma buat volume damai.

Lha, lama-lama lagu yang diputer di Sutadi ini kok terasa enak banget ya? Pop yang dinyanyikan dengan warna suara R&B tapi cengkok-nya agak berbau arab. Lalu akustik gitarnya -kalo katanya istri saya- Spanyol banget. Akhirnya aku berani diri tanya ke dia, “Lagune sopo ndo, kok enak.” Dengan nada suara kemenangan, dia menjawab, “Maher Zain! Hehehe…”.

Wee… wong arab to? Aku langsung teringat Ruyati, sambil dalam hati agak menghujat (orang-orang Arab itu), “Lonte Arab!”.

Tapi lagu yang terus mengalun ini terlalu bagus. Kampret, asli, bagus banget! Langsung saya cari liriknya di google. Judulnya Sepanjang Hidup. Saya ikut menyanyi sambil agak terbata-bata karena baru dengan ini. Dan memang keren banget! KGG likes this…Coba saya browsing-browsing lagi. Ternyata dia adalah penyanyi R&B Swedia berdarah Arab. Dan kebanyakan lagunya memang bernuansa islami. Bahkan album debutnya bertajuk Thank You Allah. Sepanjang Hidup ini ternyata versi Indonesia dari judul aslinya The Rest of My Life.

Saya jadi teringat sama wejangan orang-orang tua dulu: Geting iku nyanding (Dengan membenci sesorang/sesuatu sesungguhnya itu justru akan semakin mendekatkan dia kepada kita). Makanya, jangan terlalu membenci sesuatu berlebihan pun menyukai sesuatu kelewat batas. Noh, pada akhirnya suka juga kan sama vokalis religius.

Ya… ya… ya…

Monggo, silahkan dinikmati. Saya jamin gak kecewa.

http://www.sharebeast.com/c5eo0taqh8ab

4 thoughts on “Karena Musik Tidak Untuk Di-Fanatik-i

  1. “Lonte Arab!”

    sekedar mengingatkan, Rasulullah Shallollahu ‘alaihi wa sallam juga orang arab lho.. 🙂
    **hehehe… maaf mbak zahrawaani, itu adalah ekspresi kekesalan saya kepada negara2 arab yang tidak amanah terhadap pesan Rasulullah untuk mengangkat senjata dan memerangi kekufuran di dunia, tapi justru memperkaya diri dengan cara menjilati kaki para musuh Islam. Jadi Arab yang maksud bukan dalam perngertian Ras, Suku Bangsa, atau Sejarah tapi Arab sebagai institusi kerakusan yang dilegalkan dalam bentuk negara (konstitusi maupun monarki).
    Saya mencintai Rasulullah (yang orang arab) dan saya sangat membenci orang arab yang mengkhianati amanah dan wasiatnya. dan mereka layak dapat julukan “lonte Arab” 😀

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s