Sejak awal saya memang ingin buku ini adalah hasil dari kerja bersama. Bukan karena sok partisipatif, tapi karena memang dasarnya saya gak tahu apa-apa tentang burung. So, pilihan paling bijak adalah melibatkan para pendekar masuk dalam proses penyelesaian buku. Pendekar-pendekar ini tentunya bukan sembarang pendekar, ada yang ilmu kanuragannya sudah pada level menang pertandingan dengan tangan kosong, ada yang menang tanpa menyentuh musuhnya, menang tanpa bertanding bahkan ada yang tidak pernah kalah karena tidak pernah punya musuh dalam hidupnya. La saya ini sebenarnya juga sudah masuk dalam kategori pendekar tapi masih level pendekar yang menang dengan kroyokan! Untuk itu buku ini harus dikeroyok bareng-bareng.
Baik para pemirsa, langsung saja saya perkenalkan siapa-siapa pendekar di balik proses penyusunan BBB. Dimulai dari para pendekar editor. Mereka ini yang mengawal proses penyusunan teks spesies:
1. Imam taufiqurrahman
Sosok flamboyan nan melo ini menyanggupi untuk ngedit tesk Coraciiformes. Setidaknya ada tiga family di dalamnya. Dan semuanya diselesaikan dalam waktu yang sangat luama. Sampek mblenger saya nunggunya. Tapi bukan Imam kalo tidak menyelesaikan semua tantangan. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali, karena kalo sampe tidak selesai bisa-bisa saya bedil jidatnya! Merupakan salah satu birdwatcher yang produktif nulis, mulai nulis karya ilmiah, nulis blog sampai nulis rajah. Bisa dibilang dia adalah generasi penerus dunia ornitholog Indonesia di masa depan. Dan hebatnya lagi, jika benar dia adalah ornitholog masa depan, dia adalah ornitholog yang tidak selesai S1! Ultra revolusioner!
2. Adhy “Batak” Maruly
Batak adalah sosok penting bagi saya dalam karir nguber-nguber manuk. Bisa dibilang dia adalah partner terbaik hunting foto burung. Meskipun terkadang cangkemnya agak bosok tapi still dia banyak ngajari saya tentang burung. Menjelajahi Kinahrejo sampe Trisik dengan berbekal Monokuler+kamera poket pinjeman, Jupiter atau Win100-nya kutilang yang berangkat utuh, pulang slebornya sudah hilang. Sebagai koordinator lapangan tim AI Kutilang selama bertahun-tahun, pengetahuan dan pengalamannya ucel-ucel burung air merupakan alasan saya nodong dia mengedit kelompok shore birds. Dan gak jauh dengan Imam, orang ini juga molornya setengah modar.
3. Asman Adi Pur
Saya tidak pernah ketemu dengan orang satu ini, apalagi sampe berjabat tangan. Tapi dia adalah salah satu kawan dunia maya terbaik saya. Bahkan blog saya ini yang paling banyak ngasih komentar ya manusia ini. Sudah bisa ditebak dia kebagian apa. Sudah pasti kelompok raptor yang dia istiqomahi selama bertahun-tahun itu. Sampai portingan ini saya tulis dia masih berada di Thailand, ya nginceng raptor. Dasar Asman Putera Raptor. Bahkan dia rela njomblo karena saking cintanya sama burung-burung pemangsa. Semoga dia segera sadar bahwa dia masih termasuk spesies Homo sapien. Suatu kehormatan bagi saya, teks raptor dia yang ngubek-ubek.
4. Bernadius “Maswa” Setiawan
Kenal dengan sosok nyentrik ini pas saya kerja di Kutilang. Sebelumnya saya cuma denger namanya saja, disebut-sebut oleh para pengamat burung senior seangkatan dengan Koh Liem. Beda satu strip dengan Batak, Maswa bisa digolongkan angkatan birdwathcer senior di Jogja. Sangat gandrung sama burung hutan. Kalo sudah naik ke Merapi dialah rajanya. Semua burung di Merapi dia sudah hapal bentuk, suara, telek bahkan baunya. Tapi kalo diajak turun ke trisik untuk lihat shore bird ampun-ampun dia, kapok-kapok tenan. Dia pernah bilang, “Mendingan njahit timbangane ngiden trinil!” Di BBB dia ngedit beberapa family dari kelompok passerines.
5. Karyadi “Kang Bas” Baskoro
Nah kalo untuk yang satu ini saya gak berani ngrasani yang nggak-nggak, jelas karena takut kuwalat karena dia adalah pendekar yang levelnya sudah tidak pernah kalah tadi! Tapi mau gimana lagi, hanya satu kata yang bisa menjelaskan pendekar satu ini: edan! Edan sakkabeh-kabehe! Edan di lapangan, edan di ruangan dan edan di internetan. Silahkan mampir di FOBI kalo pingin tahu se-edan apa pendekar ini. Dan saya nggak akan membahasnya di sini. Menuh-menuhi space halaman saja. Yang jelas beliau ini kebagian sisa dari teks yang belum di-edit. Lha kon! Edan tenan to?
***
Lalu ada pendekar syair berdarah yang membantu memperbaiki tata bahasa inggris. Kalo ini saya terima bongkokan, alias gak ngeyel dengan sentuhan mereka. Sebenarnya ada empat nama, tapi saya masukkan dua saja karena yang satu gugur begitu tahu teks inggris saya yang amburadul, dan yang satunya lagi telat mendaftar hehehe…
1. Murni “Mumun” Amalia
Ini juga saya belum pernah ketemu fisik. Gak tahu gimana ceritanya tiba-tiba saja dia nulis komen di blog ini dan mendaftarkan diri membantu ngedit tata bahasa teks BBB. Sebenarnya saya kurang yakin, jangan-jangan ini adalah modus penipuan yang lagi marak waktu itu, tapi begitu saya cek blog dia ternyata semua postingan dalam bahasa inggris. Woo la yo cocok iwak ndog iki! Saya lupa berapa banyak teks yang sudah dia perbaiki karena saking banyak dan semrawutnya file saya.
.
.
2. Oka Dwi Pro
Kalo yang satu ini sebenarnya udah kenal lama pas di Kutilang. Kebetulan dia adalah salah satu ketua tim AI. Saya gak pernah tahu kalo dia bisa speak-speak inggris, tapi kok aku bisa percaya sama dia ya? Tapi gak papa lah, kan namanya kabinet gotong-royong, pokoknya semua niat baik akan diterima dengan baik juga.
.
.
.
***
Dan yang tidak ketinggalan ya siapa lagi kalo bukan para penulis.
1. Sutadi
Adalah orang yang sangat tekun. Jujur ini nggak ngecap. Terlepas ada yang nggak beres dengan kepalanya, tapi yes dia orang yang tekun. Sangat bersemangat kalo ngajak ke lapangan. Mungkin kalo saya bisa menyamai level semangatnya bisa jadi saya gak nikah sampai sekarang karena asiknya ngejar burung. Bisa dibilang, hampir semua foto-foto burung saya di Baluran tidak akan ada kalo bukan karena dia. Motornya sudah seperti awan kinton, panggil langsung datang, kalo saya dan dia butuh mau blusukan. Dan dia itu punya semacam ilmu kanuragan yang bisa mendatangkan burung-burung tertentu. Betul lo sodara-sodara. Katanya temen-temen PEH Baluran itu karena pengaruh batu akik di jari tangannya. Dan kalo boleh jujur, burung “mahal” yang keduluan difoto sama si Sutadi pasti sampai kapan pun tidak akan pernah bisa saya foto. Sebut saja Pelatuk Kelabu Besar, Pelatuk Besi, Cabak Maling, Sikatan Emas, dll dll. Mistis saintis!
2. Achmad Toha
Kalo yang ini adalah pengamat burung senior di Baluran, setidaknya dia yang jauh mendahului saya. Tapi sayang, kawan saya satu ini menggeluti nginceng burung setelah diposisikan di Bekol, jadi wilayah homerange dia juga di seputaran Bekol saja. Ada banyak lokasi di Baluran yang belum sempat dia dalami, sampai saya datang dan complete him! Tapi terlepas dari itu bisa dibilang dia adalah orang yang konsisten dengan burungnya.
.
.
3. Richard Noske
Nama terakhir yang masuk di BBB dan yang paling banyak memberikan kontribusi dan langsung nyodok minta posisi sebagai co-author. Masuk akal dan memang layak sih. Statusnya sebagai bule yang native speaking english itu tidak boleh dibiarkan begitu saja. Berawal dari pertemuan dengan dia di Bali waktu pelatihan banding. Lalu dia sengaja mampir ke Baluran karena terpengaruh oleh buku burung pertama. Di situlah saya tunjukin dia kalo saya sedang nyusun buku burung yang versi inggris dan tanpa dikira ternyata dia menawarkan diri membantu memperbaiki manuskripnya. Lalu kok bisa dia jadi co-author? La mau gimana lagi? Sebagai Doctor senior di Darwin University sana harga dia pasti mahal kalo terlibat di proyek kere-kerean ini, dan karena tidak ada dana membayarnya jadilah dia saya tawari sebagai co-author sebagai imbalannya. Cukup adil saya rasa.
Mungkin ada yang bilang saya tidak nasionalis dengan mengajak bule masuk sebagai penulis. Padahal di sisi lain saya selalu memprovokasi para akademisi lokal untuk rajin menulis dan bikin buku. Bahkan kepala balai saya terang-terang ngomong di depan saya, “Sekali kamu membiarkan orang asing masuk negaramu, maka kamu tidak akan pernah bisa lepas dari cengkramannya! Contohnya Afghanistan!” Wow! Tapi mengingat kebutuhan bahwa buku ini harus berkualitas bagus maka mempersilahkan bule masuk dalam tim ini saya rasa cukup reasonable.
Anyway, saya sangat berterima kasih buat semua kawan-kawan yang terlibat dalam proses penyelesaian buku. Apapun itu, pasti sangat berarti.
edan edan edaaaan
**kayak awakmu
LikeLike
Weh… Imajinasimu tentangku kok liar Kang… :p
Aku merasa ditelanjangi… hehehe
Tapi aku dudu ornitolog…
**karena aku memang suka tubuh molekmu yang sedang telanjang hehehe…
LikeLike
hiii….
LikeLike
*tutup mata
Waah! orang2 hebat dan edaaan semuaa di atas itu!
XD
LikeLike
wah,.. aku melu di rasani,.. asemik,.. saya bukan jomblo lho,.. hanya saja belum hak milik sepenuhnya,.. wkwkkw
LikeLike
jaya masdab haha
LikeLike
blogmu asik tenan mas, gaya bahasamu santai mengalir, enak bacanya.. tur blog e yo informatif banget, aku budhal baluran yo mergo blogmu iki! haha goodluck mas penyusunan bukune 🙂
**makasih bro sudah mampir di Baluran and Me 🙂
LikeLike
Wah baru tau kalo versi Englishnya dah keluar. Banyak selamat, dan terus berkarya untuk kemajuan dunia perburungan Indonesia.
**terima kasih mas Iwan. kita juga menunggu karya2 bagus dari penulis lokal, apalagi dari Indonesia timur nan menawan itu 😀
LikeLike