Month: December 2011

Di Tengah Hiruk-Pikuk Ini Hamba Kesepian

“Lalu apa itu Tahun Baru?” aku bertanya.

“Tahun baru adalah harapan baru.” jawab seorang lelaki yang baru diputus pacarnya.

“Tahun baru adalah hasil akhir dari sebuah kerjasama yang apik antara grafitasi bumi, matahari dan alam semesta yang membuat semua ketetapan hukum alam tidak melenceng dari kesepatakan.” kata filsuf fresh graduated.

(more…)

Kelembutan Hati di Balik Kokohnya Jiwa Petarung

Setelah sekian lama gak nonton pilm bagus, atau kalopun sempat nonton selalu saja gagal menyempatkan waktu untuk menulis beberapa paragraf ngasih bocoran. Jadilah Warrior, film terakhir yang saya tonton dan pertama yang bikin saya gak tahan bikin resensi setelah berbulan-bulan lamanya. Ok, apakah sampeyan sudah klik link judul filmnya? Sudah lihat ratingnya? dari berapa ribu users? Sudah lihat juga movie-meternya? Yes, angka yang sepadan untuk sebuah film bagus, even best ever! Kalo saya yang lihat angka-angka itu, tidak perlu saya baca paragraf setelah ini. Langsung saya donwload di torrent, pergi ke rental atau beli dvd bajakannya. Jadi anggap saja ini hanya tulisan ndobos.

(more…)

Bad Time on A Great Place [photo essay]

Perjalanan saya ke Sulawesi beberapa bulan yang lalu benar-benar meninggalkan kesan yang… gak tahu harus menyebutnya menggunakan istilah apa? Senang? Biasa? Agak kecewa? Mungkin juga sangat kecewa! Mengunjungi Taman Nasional Bantimurung yang katanya surga kupu-kupu saya justru tidak menemukan satupun yang membuat saya terkagum-kagum. Endemisitas? Saya belum membuktikan dengan mata dan lensa saya. Mungkin kah saya salah musim? Atau konon katanya kawasan karst dengan lanskap sangat indah ini pernah mengalami over hunting terhadap beberapa jenis satwanya. Kupu-kupu sudah pasti target perburuan utama karena kalo sampeyan datang ke sana, puluhan penjual menawarkan dagangannya berupa awetan kupu-kupu dalam jumlah sangat besar! Dari mana mereka berasal? Penangkaran? No way! Saya yakin itu pasti dari alam. Itu baru yang dijual lokalan, belum yang dikirim ke luar kota apalagi ekspor. Tiga kali saya ke Bantimurung, dan mungkin hanya hari terakhir saja saya merasakan sedikit kepuasan melihat bentang alam kawasan karst yang sangat menawan.

Bantimurung day 2. Lamproptera meges (Zinken, 1831), Green Dragontail, satu-satunya kupu yang bisa mengobati rasa ingin tahu tentang tanah surga kupu-kupu Bantimurung
Bantimurung day 2. Dua anak kecil di perkampungan Patunuang, gak dapat foto kupu-kupu, anaknya orang pun jadi korban
Bantimurung day 3. Saya gak tahu apa nama desa ini, tapi saya benar-benar terkesan dengan keindahan bentang alamnya. Sebuah desa kecil, terpencil dan dikelilingi bukit-bukit karst yang menawan
Bantimurung day 3. Masih di desa yang sama. What a peaceful place.
Bantimurung day 3. Si Atun, orang yang bertanggung jawab sehingga saya terdampar di Sulawesi, dan yang menyesatkan saya di Bantimurung. Beberapa hari setelah saya pulang, dia nge-tag foto-foto burung-burung Sulawesi jepretan dia yang bikin saya langsung misuh-misuh!
Bantimurung day 3. Jika sampeyan ingin mengunjungi desa terpencil nan menawan itu, maka satu-satunya sarana transportasi yang ada hanya lewat sungai. Oh God, a lovely place at the worst time!
Dan akhirnya, Bandara Udara Hassanudin. Time to end this weird trip.

Bikin Buku Itu…

Benar-benar bukan perkara mudah ternyata bikin buku itu. Bayangkan, minggu depan buku ini sudah harus naik cetak tapi sampai detik ini kami, tim penulis, masih engkel-engkelan masalah substansi teks. Jangankan menyelesaikan layout, mendefinisikan apa itu savana, hutan musim sampai hutan dataran tinggi saja memerlukan waku berhari-hari. Itu karena ada penulis asing, Richard, yang tentunya dia punya hak yang sama untuk mengambil suara, dan tentunya lagi dia tidak tahu banyak tentang Baluran. Apalagi ekosistem Baluran sangat spesifik menurut saya.

(more…)