Bikin Buku Itu…

Benar-benar bukan perkara mudah ternyata bikin buku itu. Bayangkan, minggu depan buku ini sudah harus naik cetak tapi sampai detik ini kami, tim penulis, masih engkel-engkelan masalah substansi teks. Jangankan menyelesaikan layout, mendefinisikan apa itu savana, hutan musim sampai hutan dataran tinggi saja memerlukan waku berhari-hari. Itu karena ada penulis asing, Richard, yang tentunya dia punya hak yang sama untuk mengambil suara, dan tentunya lagi dia tidak tahu banyak tentang Baluran. Apalagi ekosistem Baluran sangat spesifik menurut saya.

Belum lagi gaya cowboy dia yang ngomong sakpenake dewe. Dalam setiap file-file teks yang berasal dari dia, pasti ada saja ‘hentakan intonasi’ melalui tanda seru berjejeran “!!!” yang pasti siapa saja yang membaca itu akan merasa digertak. La dasarnya saya orang jawa timuran, gak terima digertak, saya balas saja kirim file dengan cara yang sama. Dan itu terjadi berkali-kali. Mungkin dia jengkel kali ya sama orang Asia, Indonesia lagi, kecil, bahasa Inggris pating pletotan, ngeyelan!

Tapi memang pada akhirnya harus diakui kalo saya banyak belajar dari si bule itu. Meskipun pada awalnya jiwa nasionalis garis keras arus kiri gas pol rem pol yang fundamentalis dalam diri saya berkali-kali bertanya, kenapa harus ada orang bule dalam daftar nama buku ini? Australia lagi! Yang notabene adalah antek-anteknya Amerika, negara nomor satu yang pualing mbencekke! Tapi sudahlah, hal itu sudah terjadi, dan saya harus berterima kasih karena ada banyak pelajaran selama proses bikin buku ini.

Pelajaran pertama, bahwa buku itu adalah sesuatu yang akan membuat sampeyan dikenal (bukan terkenal) oleh orang banyak. Bahkan setelah matinya sampeyan, sejarah sampeyan tidak akan ikut mati karena buku sampeyan dibaca dan dibaca oleh banyak orang. Apalagi kalo sampai membawa manfaat keilmuan. Jadi, jangan pernah setengah-setengah dalam menulis buku.

Kedua, buku jika didefinisikan sebagai media untuk menyebarkan informasi maka jangan sekali-kali membuat kebohongan di dalamnya! Bahkan ‘tidak yakin’ pun jangan! Karena kalo sampeyan tidak yakin sehingga informasi yang sampeyan sampaikan dalam buku itu ternyata tidak benar berarti sampeyan sudah berbohong. Lalu sampeyan akan berbohong sebanyak orang yang membaca bukunya sampeyan. Kumpulkan data yang kuat, data lagi, terus data, lalu analisa, analisa, kalo masih bingung kembali lagi ke data lalu analisa lagi, begitu seterusnya sampai sampeyan yakin pada sebuah kebenaran. Rungokno temenan iki lek mbahe ngomong!

Ketiga, pahami audien pembaca. Jangan bikin buku yang isinya tidak bisa diterima oleh pembaca, baik karena gaya bahasanya apalagi substansinya. Ingat, pembaca adalah juri yang akan menentukan kualitas buku sampeyan.

Keempat, mulai dari yang paling sederhana, paling dipahami. Nggak usah berharap bukunya sampeyan akan jadi best seller lalu membuat sampeyan jadi terkenal dan kaya raya. Lebih baik bikin buku yang sederhana, enak dibaca, tapi kita paham betul isinya, daripada muluk-muluk memilih topik yang berat, dengan bahasa setinggi langit tapi kosong. Atau bikin buku yang di luar jangkauan kemampuan sampai akhirnya gak kelar-kelar.

Kelima, jangan pernah merasa orang Indonesia tidak lebih baik dari orang asing! Sekali lagi, jangan pernah merasa orang Indonesia tidak lebih baik dari orang asing. Jika sampeyan merasa benar, dan sampeyan yakin dengan kebenaran itu, pegang erat-erat! Meskipun orang bule, atau bahkan orang sedunia, menentang sampeyan. Ingat, bahwa sampeyan tidak lebih jelek dari orang lain! Tapi sampeyan juga harus legawa kalo ternyata sampeyan salah. Sampeyan harus siap dikritik juga. Jangan kayak Israel. Sudah tahu dan sadar kalo dia salah, masih ngeyel merasa benar lalu bikin propaganda kalo dia tidak salah.

Selamat menulis

3 thoughts on “Bikin Buku Itu…

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s