Saya lupa sudah berapa kali memuji habis tanah kering ini, Taman Nasional Baluran. Bukan dumeh saya kerja di sini, tapi saya nyaris dibuat tidak pernah bosan dengan semua suguhan keindahan alam liarnya. Sebenarnya rokok saya adalah GG Inter, tapi sepertinya saya harus rela mengucapkan slogannya Djarum “My Life My Adventure” untuk menggambarkan betapa adventurous-nya Baluran bagi saya.
Dan adventure terdasyat apa lagi kalo bukan keluar dari teritori alamiah saya sebagai makhluk darat: diving! Gegap gempita perasaan terbesar kedua saya setelah Birds of Baluran National Park tidak lain adalah saat dua set alat selam ditambah sebuah kompresor tiba di Bama. Gendeng kon! Kalo bukan karena faktor resiko dekompresi mungkin kompresor dan alat selam itu tidak sempat istirahat dipakai. Isi tabung, nyelam, habis isi lagi, lalu nyelam lagi, terus begitu sampai sak modare pokoke!

Kalo boleh cerita, sebenarnya saya adalah orang yang sangat takut dengan kedalaman. Pokoknya kalo sudah melihat air laut yang biru gelap gitu, sudah dipastikan langsung keluar keringat dingin dan mata berkunang-kunang. Tapi saya harus berterima kasih sama buddy tercinta saya, Ferdy Dive Guide. Dulu awal tahun 2010, dialah orang yang paling setia menemani saya snorkling di Bama, waktu itu dia PKL 3 bulan di Baluran. Hampir tiap minggu kami nyemplung bareng sambil mengumpulkan foto-foto ikan. Lambat laun katakutan saya akan air dalam nan gelap mulai hilang. Setelah lulus kuliah dengan IPK 2,49 dia kembali lagi ke Baluran. Sepertinya kenangan manis kami dulu menghabiskan waktu berjam-jam di pantai Bama menjadikan Baluran nama yang memenuhi hatinya. 2011, kami bersama beberapa belas rekan di Baluran mendapat kesempatan ikut pelatihan selam yang artinya bisa dapat lisensi diving. Wow yeah! One star rek!
Ditambah satu orang aneh yang keranjingan berendam di air laut, Agus “Borokokok” Yusuf, jadilah saya dan Ferdy “Waterproof Man” Dive Guide menghabiskan banyak waktu di Bama, Kalitopo dan Balanan. Agus adalah PEH paling usil yang telah menemukan haru biru hatinya di kedalaman laut. Ferdy adalah staff outsourcing dengan skill diving paling mumpuni di antara kami. Dan saya adalah penyelam dengan lisensi A1 tembakan.
Tiga penyelam anyaran inipun menamakan dirinya Tim Gurita Membabi Buta. Karena memang membabi buta! Kadang kita sering melupakan aturan-aturan dasar penyelaman. Buddy sering terpisah. Tabel dekompresi lupa bagaimana membacanya. Batas terdalam penyelam A1 20 meter juga sering kita terjang. Memilih spot penyelaman di titik pertemuan dua arus yang sering terjadi pusaran air bahkan menjadi lokasi favorit kami, Kalitopo. Jarum penunjuk tekanan udara dalam tabung kalo belum masuk warna merah gak bakalan kita mau naik ke permukaan. Benar-benar gurita membabi buta pokoknya. Semoga ke depan ada tambahan member gurita-gurita membabi buta dari kawan-kawan pemegang A1 lainnya yang mungkin masih pada sibuk. Kalo kami bertiga kan jelas-jelas orang kurang kerjaan sehingga bisa kapan saja turun ke laut.
Dengan kemembabibuta-babibutaan itu, alhamdulilah sejauh ini kita masih sehat wal afiat. Saya masih bisa ngeblog di sini dan mengabarkan kepada sodara-sodara sekalian bahwa semua itu bukan tanpa hasil. Pelan tapi pasti, jenis-jenis karang, ikan, moluska, dan gastropoda mulai terkumpul. Tapi memang dasarnya kita adalah gurita membabi buta, foto-foto sih sudah terkumpul hanya mengidentifikasinya itu lo susahnya minta ampun.
Sejauh ini sudah ada 124 jenis ikan karang sudah terdokumentasi dan teridentifikasi. Gerombolan sea-slug kalo gak salah sudah ada 25-an jenis yang sudah terdokumentasikan dan sebagian besar sudah diidentifikasi. Kalo untuk golongannya karang dan gastropoda, wes… ampun ampun kita. Bisa nangis-nangis kalo disuruh ngiden mereka.
Tapi insyaAllah kita akan terus berusaha belajar. Bagaimanapun juga dunia bawah air adalah dunia yang sama sekali berbeda dengan dunia kita. Mengeksplor salah satu kantong kekayaan hayati kita yang dilewatkan oleh banyak orang. Kami bukan marine biologist, bukan dive master, apalagi underwater photographer. Kami hanya orang-orang kurang kerjaan yang kangen tiada habis dengan air laut yang memedihkan mata, dengan tekanan yang menyakitkan telinga, dengan gelapnya biru laut, dan makhluk-makhluk aneh tak terkata. Kami adalah Gurita Membabi Buta Hahahahaha….
hahahaha, gaya ceritamu sing blak-blakan tu nagih lo mas, aku mesti nungguin postingan blogmu.
cieee. tapi bener tuh. masa petugas TN yang punya laut dan pemandangan bawah laut ciamik gabisa diving..
sayang dulu aku pas kesana snorkeling lautnya pasang dan arusnya lumayan gede. enake cen pas surut biar iso mlaku nang tengah yo mas?
**hehehe… ya udah, kalo gitu kesini lagi sekarang. ini bulan bagus2nya berendam di laut lo 😀
LikeLike
nek savananya gimana mas? jarene paling bagus bulan juli? temen2ku mau kesana. tapi kemarin taksaranke pas kering ben entuk africa van java ne. hahaha.
**iya bulan juli bagus2nya. soalnya savana dah mengering tapi belum panas2 banget.
LikeLike
percoyo Lik, no limit pokoke. Nek piya piye tetep jo lali safety first… isik akeh sing kudu diublek-ublek… lanjutkan !
**hohohoho… siap ndan! suwe gak komen, komen pisan langsung ngeplak! hahaha…
LikeLike
lanjutkan masbro,.. bener kata kumendan safety first,.. bojo menunggu di kamar,.. hahahaha
**la lek nyelem karo bojo trus yokpo lek? 😀
LikeLike