Saya biasanya paling males mengeluarkan kamera kalau sudah di atas kabin pesawat. Tapi nggak tahu kenapa tiba-tiba penerbangan kedua ke Sumba lalu tangan saya tergerak ingin mengeluarkannya dari dalam ransel. Mungkin karena posisi ransel tepat di depan saya kali ya? Penerbangan Surabaya-Tambolaka, yang harus transit dulu di Denpasar itu, saya lewati pake WingsAir. Ya, itu adalah pesawat baling-baling ATR 72-500 yang menggunakan mesin PW127F atau PW127M. Kabinnya kecil, begitu juga dengan bagasi dalamnya. Tas kamera saya saja tidak muat.
Jadwal penerbangan Juanda-Ngurah Rai yang jam 06.00 pagi itu terasa beda. Saya, dan orang-orang yang menunggu lainnya, seperti tidak sedang berangkat kerja. Tapi seperti bakul pasar sayur yang sudah harus online pagi-pagi buta supaya dapat barang segar dan murah. Jam 3 pagi saya harus keluar dari rumah supaya sampai bandara tidak ketinggalan pesawat. Dan saat matahari masih kriyip-kriyip baru bangun tidur, pesawat pun lepas landas.
Mata saya terperangkap oleh barisan pesawat yang parkir berjajar dibalut kabut pesisir. Ekornya menjulang-julang seperti ingin berebut cahaya pertama hari itu.
Nun di belakang sana, salah satu kawah candradimuka saya, Gunung Baluran berdiri angkuh dijunjung oleh hamparan kabut. Saya jadi membayangkan, kalau saja dulu dia tidak meletus sehingga hilang separuh tubuhnya, kira-kira seperti apa ya bentuknya? Mungkin tidak akan pernah ada Kacip dan mungkin Taman Nasional Baluran.Gunung Maelang, tetangga terdekat Gunung Baluran samar-samar disapu kabut. Mungkin posisi bidik saya berada di 8° 7’44.39″ LS, 113°52’12.34″ BT, tepat di atas kaki Gunung Raung, wilayah Gunung Malang.Kawah Gunung Raung tampak menganga, seperti ingin menghisap ATR 72-500 yang saya tumpangi. Saya jadi teringat Sukhoi yang nyosor di Halimun beberapa waktu silam wiiii…. Di belakangnya tampak Gunung Pendil, Gunung Rante dan berdiri angkuh paling belakang puncak Merapi Gunung Ijen.Waaaa… dan sekarang saya benar-benar berada di atas kawah Raung! Saya bahkan bisa melihat dengan kelas shelter atau mungkin tenda para pendaki di puncah gunung. Benar-benar gila nih sopir pesawat! Masak terbang pas di atas puncak gunung! Di kejauhan adalah Gunung Maelang, dan di sebelah kanannya kaki Gunung Ijen. Lembah di antara gunung-gunung ini bernama Sempol, mungkin desa, kecamatan, atau gak tahu 😀
Ah, lagi-lagi si Ijen ngongol lagi. Tapi mau gimana lagi, lha pesawatnya gak mau serong agak kanan atau kiri. Atau mungkin kalau jendela pesawatnya bisa selebar jendela bus Akas mungkin saya punya kesempatan motret Gunung Argopuro yang absen di layar view finder kamera 7D saya. Di depannya Gunung Rante masih setia menemani salah satu gunung dengan kawah terindah di muka bumi itu.
penak to Lik numpak pedawat gerobak? puersis numpak Akas hehehe
** yo puenak wong dibayari hehehe…
LikeLike
wuidiiiiiih…..
LikeLike
sopir pesawat?????
oia knp gag lwt gunung salak ajah..
hahahahahahaha
**rupamu kayak mbokmu! wkwkwkk…
LikeLike
LEGEND!
LikeLike