Ini adalah yang pertama kalinya saya mengunjungi Kacip – Kawah Gunung Baluran- di luar bulan Juli. Tepatnya Oktober. Dan tepatnya lagi karena mbayar janji untuk menemani teman-teman dari Biolaska yang melakukan ekspedisi di sana. Lima hari empat malam di Kacip benar-benar luar biasa dan menjadi obat kangen saya saat ke Kacip bareng Batak, Imam, Bintang dan Sutadi selama hampir seminggu 2009 yang lalu. Itulah kali pertama saya mendengar nama Luntur dan melihat fotonya pertama di Kacip, dan sejak saat itu, Luntur adalah target utama setiap kali ke Kacip.

Dari kiri, atas: Erik, Joko dan pacarnya Gandoer; bawah: Nurdin, Avid, Omen, Elde dan saya
Seperti yang saya perkirakan, mblakrak bareng pasukan Kere Hore (™) pasti akan mengasyikan. Asyik pertama karena logistik dipersiapkan dengan sangat baik, meskipun sederhana tapi lengkap: bumbu masak, sayuran, kopi, kolak dan tembakau buat nggelek. Asyik kedua karena semua punya semangat tinggi untuk menjelajahi seisi kawah Gunung Baluran itu: kuat jalan jauh, menyusui sungai Kacip sampai mentok tebing, berlama-lama nungguin burung lalu saling sharing foto masing-masing setelah pada balik ke basecamp. Dan Asyik ketiga karena orang-orangnya yang bisa dibilang satu frekuensi dengan saya: kuat jorok, awet pekok, dan kompeten guyon! Mereka tahu bagaimana caranya menikmati hidup di hutan.
Benar-benar tidak rugi menghabiskan 5 hari di Kacip, apalagi ada 8 pasang mata yang tersebar dan menyelidik setiap sudut amazonnya Baluran itu. Setidaknya kami bisa menambahkan 2 jenis baru ke dalam daftar burung Taman Nasional Baluran, memastikan keberadaan satu jenis takur dan rediscover satu jenis srigunting. Dan tentunya tambahan catatan baru untuk burung-burung di sekitar Kacip sehingga total tercatat 63 jenis burung -jauh lebih banyak dari prediksi saya-.

Dua jenis baru yang masuk ke daftar burung Baluran adalah Kecembang Gadung Irena puella dan Walik Kembang Ptilinopus melanospila yang memaksa saya harus bilang WOW! Bahkan si Kecembang ini cukup mudah dijumpai, jalur wira-wiri-nya pun juga sudah terpetakan. Mungkin karena waktu pergerakannya yang belum dieksplorasi lebih dalam yang membuat kami males kalo disuruh nyanggong dia. Jadi, kemana saja dia selama ini kok bisa kelewatan? Sedangkan untuk Walik, cukup wajar kalau dia mudah terlewatkan karena kelakuannya yang cenderung diam, mbegogok di tajuk tinggi, di bawah rimbunnya daun hijau yang mirip dengan warna bulunya, dan suaranya yang gak ear-catching blas.
Sedangkan untuk jenis rediscovered-nya adalah Srigunting Jambul-rambut Dicrurus hottentottus.

Burung ini masuk dalam catatannya Hoogerwerf (1948, 1972), MacKinnon (1993) dan beberapa catatan yang tidak dipublikasikan sekitar sampai tahun 90an. Sejak awal 2000an burung ini tidak ada catatannya. Setidaknya sejak saya di Baluran tahun 2008 dan naik pertama ke Kacip di 2009, tidak sekalipun ada penampakan srigunting bermata putih ini. Yang membuat menarik adalah, dari hasil pengamatan kemarin itu, burung ini sangat berlimpah, bahkan sepertinya hanya ada SJR saja di Kacip saat itu. Muncul lagi sebuah pertanyaan: kemana saja dia selama ini?
Dan terakhir, memastikan keberadaan Takur Tohtor Megalaima armillaris. Sebenarnya saya sudah lama curiga kalau burung ini ada di Kacip, meskipun belum bertatap muka secara langsung. Namun karena mengandalkan identifikasi suara membuat saya jadi agak gojak-gajek. Maklum saya suka kebingungan membedakan suaranya Takur Tohtor, Takur Tulung-tumpuk dan Takur Tenggeret, kecuali kalau mereka pas ngoceh bersamaan.
Dengan bertambahnya dua jenis passerines dan kepastian satu jenis takur ini membuat daftar burung di Baluran berakhir dengan angka 233! Cool! Daftar lengkapnya silahkan sruput di sini.

Ok, itu adalah tiga catatan utama kami. Sekarang catatan bonus. Apalagi kalau bukan Semprul Hujran Rimbra! Burung yang membuat saya nyaris stroke tahun kemarin karena hanya bisa mlongo melihatnya tanpa kamera di tangan, akhirnya nyangkut juga di sensor 7D andalan saya. Dan gak perlu susah payah mendapatkannya karena dia mampir sendiri ke basecamp, diliatin sama orang-orang gila di bawahnya di hari kedua, bahkan sebelum saya bersiap-siap mblusuk.
Semua pasukan Kere Hore (™) yang sudah semangat 45 pingin melihatnya akhirnya keturutan. Mesam-mesem sambil saling pamer foto-foto bidikannya. Tapi sayang, si Luntur tidak mau mampir di kamera saya, bener-bener nggak nyrempet blas! Sepertinya jodoh saya dengan si cantik ini masih jauh. Tapi it’s OK, mungkin harus begitu supaya saya tidak bosan datang lagi ke Kacip. Yah, sok GR saja ini adalah skenario Tuhan yang sudah dikoordinasikan rapih dengan alam :D. Dan saya akan dengan senang hati kalau ada yang mau menemani blusukan lagi ke Kacip. Ada yang tertarik?
**Thanks to Biolaska Expedition team, we did it perfectly!
_________________________ foto-foto lainnya _________________________
ancen kere tenan sampeyan Lik !
**ncen! sopo sing ngomong aku sugih? kan wes taktegesi: sugih tanpa banda! hahaha…
LikeLike
Seperti apa sih kacip itu?… hmmmm
**sing jelas ng Thailand gak ono bro hehehe…
LikeLike
Anggrekke endi???
**gak nemu bro, ketoke kudu ngundang ahli anggrek ki… 😀
LikeLike
Halo…
Saya boleh tanya ya, dalam setahun, kapankah waktu terbaik untuk berkunjung ke Baluran? Thanks.
**kalo itu tergantung targetnya mas, kalo bulan2 gini sampe maret enaknya underwater, maret sampe juli enaknya burung, agustus-oktober puasa dulu hehehe…
LikeLike
Kalau warna padang rumputnya pas kekuningan itu bulan apa ya?
**itu bulan Juli bos. bulan terbaik lihat savana menguning
LikeLike