Sejak pertama berjumpa saya sudah jatuh cinta pada tempat ini. Udara dinginnya, air panasnya, dan tentunya para penghuni hutannya. Entah sudah berapa tulisan yang sudah saya buat untuk melampiaskan kekaguman saya kepada hutan di kaki Gunung Arjuna ini. Dan berapa foto? Hmmm… lupa saya, yang pasti buanyak!
Tapi sayang, beribu sayang, tidak banyak yang tahu tempat ini. Kalaupun tahu, kebanyakan orang cuma kenal air panasnya. Datang berbondong-bondong bawa sabun, sampo, handuk, tikar dan kondom. Sehabis bercinta di tengah hutan, langsung mandi kramas pake air hangat! Yah, begitulah nasib salah satu kawasan paling penting di Jawa Timur ini. Cangar begitu tersembunyi bagi bioders, fotografer atau peneliti.
Sampai akhirnya gerombolan FOBI datang dan mengubrak-abrik mitos keangkerannya. Lalu disusul seratusan pengamat burung tumplek blek berburu burung untuk menjadi yang terbaik. Yah, begitu dapat kabar kalau Dinas Kehutanan Jawa Timur mau mengadakan lomba birdrace di Cangar, seketika semangat saya membuncah. Membayangkan ratusan orang akan dibuat geleng-geleng kepala oleh kekayaan biodiversitasnya. Dan berharap dari mereka Cangar akan lebih dikenal bukan hanya air panasnya saja.
Salut setinggi-tinggi buat kawan Malang yang istiqomah memonitoring burung-burung di Cangar, mulai dari dulu ada ProFauna (dulu masih bernama KSBK), diteruskan Rhizopora dan sekarang berlanjut tongkat estafet ke tangan Seriwang. Dikomandoi oleh Heru Cahyono, Seriwang yang merupakan kumpulan klub-klub pengamat burung di sekitar Malang adalah ujung tombak kelestarian Cangar.
Datang kembali ke Cangar setelah setahun lebih absen membuat saya agak grogi. Bertanya-tanya kira-kira burung-burung di sini masih kenal aku gak ya? hehehe… apalagi kali ini bawaannya agak beda: lebih berat (bikin males jalan), lebih nggilap (bikin mata silau) dan lebih mahal (bikin malu kalo gak dapat foto bagus :P).
Tapi Cangar tetap Cangar, burung-burungnya tetap baik hati dan tidak sombong. Burung-burung wajib masih mudah didapat. Meskipun sekali lagi, Tuhan, laras panjang ini bikin orang males blusukan. Parkir di spot Watu Ondo adalah pilihan terbaik buat alat sebesar dan seberat ini.
Ohya, kalau sampeyan mau hunting di Cangar, jangan segan-segan mencoba di Watu Ondo. Spot ini benar-benar memanjakan fotografer merk apapun! Burung-burungnya luar biasa gak punya malu. Dijamin males pindah ke tempat lain! Jogging Track di sekitar kolam air panas juga oke, meskipun harus njamu dulu supaya gak pingsan di tengah jalan. Nongkrong di jembatan kembar untuk nunggu Elja tengger. Mblusuk ke dalam hutan untuk menangkap jenis-jenis hantu macam sempur, luntur, puyuh gonggong atau kipasan bukit. Atau kalau mau agak nyentrik, berendam di kolam sambil kamera stand by di atas tripod untuk nangkep para sepah, burung madu, kacamata, sikatan atau bahkan anis!
Tapi hunting kali ini saya harus akui kehebatan para peserta birdrace yang berhasil dapat Sempur Hujan Rimba yang difoto sama Nurdin Kere pake lensa prosumer atau Luntur Harimau yang bahkan berhasil difoto pake lensa kit 18-55 mm! Anis Sisik yang difoto pake lensa 200an mm. Atau Tompel yang menangkap Elja tengger over frame! Gak cuma full frame, tapi over frame! Atau Heru yang meng-video-kan Anis Hutan pake kamera poketnya! Bahkan ada yang ketemu Puyuh Gonggong Jawa meskipun belum berhasil kefoto.
Percayalah sodara-sodara, Cangar memang sangar lahir batin! Meskipun saya cuma bisa misuh-misuh saja karena gak dapat apa-apa! Saya harus kembali lagi! Cangar, I must come back!
Lebih lengkap tentang Cangar, monggo sedot majalah Biodiversitas Indonesia edisi Ekspedisi Cangar 2012
gak entuk opo-opo lambene amoh
**wkwkwkwkwkwk ngakak ngglundung2!
LikeLike
menghibur, meskipun cuma ngerti sampe paragraf 2 tok..
“…… Sehabis bercinta di tengah hutan,…………”
paragraf selanjutnya, ngoooong #g ngerti#
BUAHAHAHAHA~~
LikeLike
nyesel nggak bisa ikutan kemarin.
taun depan moga ada lagi … ^^
LikeLike
Nggak dapet apa2 misuh, dapet banyak misuh…
**lo kan kalimat tayibah bro? jadi harus misuh setiap saat hahahaaha…
LikeLike