Sudah kesekian kalinya blog ini sepi dari contongan megacot saya. Dan setiap kali memulai untuk kembali ke ritme, dan hitungan set set set, tempo itu melambat lagi. Blog ini sepi lagi sampai berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan. Dan sepertinya fase yang ini adalah yang paling parah. Jangan untuk bikin postingan baru, login buat ngecek halaman dashboard saja tidak saya lakukan sampai berminggu-minggu.
Sebenarnya gak hanya WP saja yang lama saya tinggalkan. FB juga bernasib sama. Dan barusan begitu saya buka FB berderet foto-foto keren barlalu-lalang di monitor saya. Wow! Sepertinya gelagat nature photography di Indonesia sudah mencapai titik yang sangat mengagumkan.
Dan saya? What have I been doing for this long time?
Bolehlah untuk pembenaran, ada kalanya seseorang harus ngumpet dalam goa ashabul kahfi. Menarik diri dari gegap gempita dunia yang menyilaukan mata. Mencari setitik saja cahaya sejati di antara kegelapan.
Yah, mungkin saya capek menjadi PNS, capek menyandang baju PEH, fotografer, writer, diver, blogger atau mungkin saya juga capek menjadi Swiss! Saya kangen menjadi Nasis! Nasis adalah panggilan masa kecil saya. Dan sudah lama sekali saya tidak mendengar orang memanggil lagi nama itu. Nasis yang nobody itu.
Saya kangen menjadi bukan siapa-siapa. Saya rindu melakukan sesuatu semau yang saya mau, tanpa berpikir besok atau bahkan sedetik setelahnya. PEH memenjarakan saya dalam kotak birokrasi yang luar biasa tidak logisnya! Fotografer mendikte saya dengan aturan komposisi cahaya dan bentuknya. Writer menipu saya dalam frame-frame lungistik yang sampai sekarang tidak pernah saya pahami. Diver mengatur hidup saya dengan safety procedural-nya. Blogger pun tidak menawarkan kebebasan apa-apa.
Ah Tuhan, saya ingin Nasis yang ndablek, non-skilled boy tapi dengan segudang mimpi itu.