Mistisisme Sains Modern

Sadar gak, bahwa sebagai manusia modern (yang mengakui dirinya generasi rasionalis) dalam keseharian kita masih percaya dengan klenik? Tidak hanya percaya, bahkan “menyerahkan” hidup kita kepadanya? Tidak sedikit pula yang mentuhankan! Ya, kita semua! All of us! No exception!

Di saat yang bersamaan. Kita mengutuk keklenikan yang lain!

Ghaib, kalau saya rangkum dari berbagai literatur, memiliki definisi: sesuatu yang tersembunyi. Artinya, apapun itu yang di luar jangkauan pengetahuan dan indera kita masuk dalam golongan makhluk ghoib. Entut jelas masuk daftar. Tapi saya tidak sedang membicarakan makhluk mulia yang satu itu. Biarkan dia menjadi rahasia terenak hidup kita.

Ketika seseorang sakit, dia percaya bahwa dokter, resep obat, dan obatnya akan menyembuhkan sakitnya. Tapi ketika dia dibawa ke dukun, orang pintar, tabib, atau apalah namanya, serta merta dia nyinyir sambil mengkutuk “dasar klenik!”. Padahal apa bedanya dukun sama dokter? Apa bedanya obat dengan perewangan si dukun?

Saya pernah sekali periksa gigi di sebuah puskesmas tidak jauh dari Baluran. Alkisah, saya terlibat perbincangan ringan dengan pak dokter dimana pada ujung pembicaraan itu, saya bilang ke beliau kalau saya mau periksa amandel di pengobatan alternatif di Malang. Dan reaksi pak Dokter benar-benar di luar jangkauan logika saya, beliau berkata, “Lulusan UGM kok masih percaya yang gitu-gitu.” Ya, saya memang lulusan UGM, tapi kuliahnya di bawah tiang bendera. Selang beberapa bulan, gigi saya tidak kunjung sembuh dan akhirnya harus dicabut, sedangkan amandel saya sembuh. Congratulation doc!

Jadi apa bedanya pengobatan modern dengan pengobatan alternatif? Untuk mempermudah pembicaraan, anggap saja pengobatan alternatif ini memanfaatkan bantuan makhluk ghoib, perewangan, jin. Meskipun banyak juga teknik alternatif yang tidak berurusan dengan barang ghoib. Nah, karena otak kita sudah terlanjur kesurupan logika rasionalisme, maka saya coba menjelaskan kepada sampeyan apa itu ghoib dalam perspektif ilmu rasio-pekokisme.

Mari pekok bersama-sama.

Saya ambil sebuah bagan sederhana dari kuliah Prof. Sutiman, beliau adalah juaranya ilmu biologi molekuler dan sel dan salah satu guru besar Universitas Brawijaya. Kapan-kapan mungkin kita perlu ngrasani salah satu karya monumental beliau.

Screen Shot 2017-07-13 at 11.39.50 AM

Kita hidup di ranah human scale, apa yang bisa kita raba, kita lihat, atau mungkin kita bau adalah materi yang ukurannya tidak lebih kecil dari 1 µm atau tidak lebih besar dari 10 ribu km. Di luar itu maka kita butuh alat bantu untuk menginderanya. Materi yang lebih kecil dari 1 nm bahkan sudah tidak patuh pada hukum alam yang berlaku pada sampeyan saat ini. Benda-benda berukuran lebih kecil dari 1 nm sudah tidak mengenal gravitasi, tidak terikat ruang dan waktu, 1+1≠2, dan seterusnya. Dia mengikuti hukum kuantum.

Aturan ini mungkin juga berlaku dengan benda-benda yang jauh lebih besar dari 10 ribu km yang berada di alam semesta. Kalau kita ngutip teorinya Einstein, dalam konstelasi makrokosmos alam semesta, tidak ada garis yang benar-benar lurus, bahkan waktu pun ikut-ikutan melengkung. Orang yang bergerak dalam kecepatan cahaya (atau setidaknya mendekati) bisa berlompatan kembali ke waktu lampau atau ke masa depan semau dia. Dan masih banyak lagi adegan sci-fi lainnya kalau mau diteruskan filmnya.

Ketika kita minum obat, maka kita sudah menyerahkan hidup kita pada makhluk ghoib yang bernama partikel molekuler yang terkandung dalam obat (ilustrasi sederhana bisa ditonton di sini). Rumus kesembuhan itu harus tertanam dengan baik dalam skala partikel supaya bisa bekerja dalam tubuh, karena sesungguhnya tubuh biologis ini adalah kumpulan partikel-partikel super lembut berukuran nano meter. Dia berukuran lebih kecil dari 1 µm. Jadi apa bedanya partikel molekuler obat dengan jin, tetekan, gendruwo, setan atau tuyul? Gak ada bedanya! Karena mereka sama-sama di luar jangkauan indera human scale manusia. Makhluk-makhluk lembut itu juga tidak terikat dengan hukum newtonian.

Loh, tapi kan masih ada mikroskop untuk melihatnya?

Untuk melihat benda nano, mikroskop yang digunakan bukan mikroskop praktikum biologi jaman SMA dulu. Dia adalah mikroskop elektron, nama kerennya Scanning Electron Microscop (SEM). Kalau mikroskop optik (analog/jadul) apa yang kita lihat di view finder adalah apa yang benar-benar terjadi di atas kaca klip dimana obyek pengamatan diletakkan. Sedangkan mikroskop elektron apa yang kita lihat di layar monitor tidak sepenuhnya mewakili watak obyek pengamatan. Dia hanya menginterpretasikan obyek pengamatan sebaik yang dia bisa. Hasil interpretasi tergantung dari perbedaan energi, kekuatan, dan gaya yang bekerja di antara cantilever dan sampel yang dijadikan dasar dalam menentukan tekstur permukaan sampel (copas dari sini). Hasilnya bisa berbeda-beda. Intinya, kita tidak akan pernah bisa melihat material berukuran nano seperti melihat akik di jari, mau sebesar apapun layar monitor SEM. Tetap ada dimensi yang tersembunyi.

Seperti kalau sampeyan motret menggunakan hape atau kamera mirrorless. Apa yang tampak di layar lcd perangkat dipengaruhi oleh banyak faktor: diafragma lensa, intensitas cahaya, setingan kamera, kepadatan pixel/inch layar, sudah gorilla glass apa belum, merknya apa, harganya berapa, nyicil apa tunai, dll. Apa yang sampeyan lihat di layar lcd tidak akan sama persis dengan obyek yang sebenarnya. Sampai titik ini sampeyan sudah berurusan lagi dengan makhluk ghoib lain yang berada dalam software dan hardware perangkat.

Teknologi tingkat atomik secanggih apapun sebenarnya tidak lebih dari ilmu kiro-kiro. Tidak ada yang pasti dalam dunia atomik, kalau kita mengikuti hukum Heisenberg. Sejauh yang bisa kita lakukan sebatas memprediksi probabilitas posisi dan momentumnya saja. Sama dengan Bohr yang mengatakan, “Kita tidak bicara tentang alam semesta, kita bicara apa menurut kita tentang alam semesta.”

Ilmu fisika modern ternyata hanya kirologi bro!

Jadi, kenapa kalau kita percaya pada ilmuwan, tidak ada yang menghakimi kita sebagai syirik atau musyrik? Sangat berbeda kalau kita sowan ke rumahnya paranormal? Padahal keduanya sama-sama berurusan dengan barang ghoib dan sama-sama tidak ada kepastian di baliknya?

Islam melarang manusia meminta bantuan jin (QS. Al Jin: 6; DQ. Shad: 55). Kenapa? karena watak dasar mereka (terutama jin kafir) suka mengajak para pasiennya menjadi pengikut bahkan menyembahnya! Kalau ini murni analisa pekok saya. Gampangnya begini, pernahkah sampeyan berdoa kepada Allah, sambil berluluran air mata, pasang muka super melas minta duit banyak karena sudah tanggalnya bayar cicilan motor dan DP mobil baru. Lalu tiba-tiba seperti sulapan, dompet sampeyan langsung mak blub penuh duit? Kalau pernah, maka saya akan protes saat ini juga sama Allah.
Hal berbeda kalau sampeyan minta tolong tuyul. Dalam hitungan jam lemari pakaian yang biasanya dipenuhi gombal mukio tiba-tiba sudah penuh duit. Dan itu terjadi berulang kali saat mode active tuyul dinyalakan. Kira-kira sampeyan akan sujud syukur mengucapkan alhamdulillah, berbondong-bondong kasih sodaqoh anak yatim; atau segera cari sesajen sebagai syarat memelihara tuyul? Kalau memilih yang pertama berarti sampeyan ncen pekok kayak saya.

Ini bukan masalah Allah tidak bisa mengisi dompet sampeyan dengan duit sak lemari (trus dompete sakpiro gedene?). Bagaimanapun juga Beliau harus main elegan donk, berkelas layaknya Tuhan. Gak seperti tuyul yang masih level amatiran. Allah tentu harus menjaga keseimbangan aturan alam yang dibuatnya sendiri. Kalau pingin kaya ya kerja keras, berpikir kreatif, banyak doa dan rajin sodaqoh. Saat term and conditions terpenuhi gak usah diminta lagi, pasti akan ada rejeki yang datangnya dari cara-cara yang tak terduga. Itulah sihir syar’i yang dieksekusi dengan elegan sama Allah.

Sedangkan tuyul dan bangsa jin lainnya kan beda? Dengan kelebihannya yang tidak terikat hukum newtonian, bangsa jin bisa menciptakan shortcut yang tidak bisa dibuat manusia. Meng-hack hukum alam dengan beberapa klik. Mereka bisa nyusup brankas bank paling tebal sekalipun tanpa harus mbobol kunci atau kode keamanannya. Mereka bisa memindahkan materi ke tempat yang berbeda menembus ruang dan waktu dalam sekedipan mata. Menjelma menjadi berbagai macam bentuk dan rupa. Sialnya, di saat yang bersamaan, manusia suka dengan shortcut yang instan begituan. Cocok! Tumbu ketemu tutup! Padahal banyak dari mereka saat tanda tangan klausul agreement dengan tidak membaca dengan seksama term and conditions yang disodorkan para jin.

There’s no free lunch, bro. Manusia yang sudah kepepet, dan gelap mata, tidak peduli dengan persyaratan yang diajukan jin. Yang penting motor gak ditarik dealer, kesepakatan pun diambil. Tentunya harganya bisa bermacam-macam, tergantung sampeyan berurusan sama jin spesialis apa jim umum?

Tapi kalau meminta bantuan jin untuk tujuan baik? Contohnya sebagai teknik pengobatan? Apa salahnya? Apalagi term and conditions-nya tidak menyuruh kita pada kekufuran? Apa salahnya? Sama dengan sampeyan ibadah haji, berangkat harus menggunakan pesawat miliknya orang kafir. Kafirnya Yahudi lagi! Apakah itu akan mengurangi nilai haji sampeyan? Lagian gak ada maskapai manapun yang mensyaratkan siapapun penumpangnya harus makan babi sebelum take off?

Meminta tolong kepada jin atau manusia, toh mereka punya kesamaan dalam penciptaannya, yaitu supaya mereka menyembah kepadaKu, kata Allah. Kalaupun Allah melarang manusia meminta pertolongan jin tidak lain adalah untuk menyelamatkan kita dari permainan makhluk cerdas, bahkan licik, macam jin. Beli mainan anak saja ada petunjuk pemakaian, apalagi mainan sama jin. Artinya jangan berurusan dengan sesuatu yang sampeyan tidak paham peta politiknya.

Malah ceramah…

Kembali ke pertanyaan semua, apa bedanya dokter sama dukun? Kalau keduanya sama-sama dibekali ilmu? Apa bedanya obat sama sesajen? Kalau keduanya sama-sama punya rumus dalam menentukan komposisi penyusunnya? Apa bedanya partikel molekuler obat sama jin? Kalau keduanya sama-sama terikat oleh hukum ketidakpastian kuantum?

Logika pekok saya bisa menceritakan lebih banyak lagi persamaan sains modern dengan klenik perdukunan. Tapi karena ini malam Jum’at Kliwon, mohon maaf harus saya pedot sampai sini. Saya masih ada janji sama kawan-kawan, mau ngopi di kafenya Yai Semar dulu.

Salam Pekok

2 thoughts on “Mistisisme Sains Modern

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s