Sudah lama rasanya gak minum air asin. Apalagi sejak si bebi yang lucu dan ginuk-ginuk itu menghirup udara pertamanya. Rasanya ngudang anak sendiri memang sangat melenakan. Apalagi kalo si Lala … Continue reading Surga Wingit Berlabel Classified

Sudah lama rasanya gak minum air asin. Apalagi sejak si bebi yang lucu dan ginuk-ginuk itu menghirup udara pertamanya. Rasanya ngudang anak sendiri memang sangat melenakan. Apalagi kalo si Lala … Continue reading Surga Wingit Berlabel Classified
Selama saya bekerja di Taman Nasional Baluran, ada dua hal yang membuat saya terkagum-kagum, gemeteran dan dipenuhi kekhawatiran yang teramat sangat. Pertama, ketika bertemu dengan Serindit Jawa (Loriculus pusillus) di musim penghujan tahun lalu. Saya benar-benar tidak percaya menemukan burung ini di kawasan sekering Baluran, karena yang saya tahu burung ini hanya hidup di hutan-hutan tropis yang basah dan hijau sepanjang tahun.
Kedua, ketika pertama kali dalam hidup saya, ketika saya melihat gugusan terumbu karang di blok Bilik-Sijile, sebuah pantai di sisi utara Taman Nasional Baluran. Benar-benar sebuah pemandangan yang maha indah, like nothing compare ever I seen before. Melihat gugusan terumbu karang saya seperti sedang membayangkan betapa kreatif dan cerdasnya Tuhan dalam menciptakan bentuk dan warna. Dan hunting foto di bawah air anda akan seperti anak kecil yang dimasukkan ke dalam toko mainan yang belum pernah anda lihat. Setiap meter anda mengayuh fins anda adalah obyek yang terlalu sayang untuk dilewatkan.
Keindahan terumbu karang bukan semata-mata karena penampilan fisiknya saja, namun nilai keindahan terumbu karang adalah karena dia adalah makhluk yang sangat rentan. Melalui proses pembentukan yang sangat lama, bahkan bisa memakan ratusan tahun untuk satu bangunan karang, terumbu karang bisa dengan sangat mudah dan cepat rusak atau hancur. Perubahan suhu air yang radikal atau bomb fishing dan potassium adalah ancaman-ancaman yang sebisa mungkin dijauhkan.
Menyaksikan keindahan terumbu karang, pada akhirnya, bukan hanya menyaksikan keindahan warna dan bentuk. Lebih dari itu, menyaksikan keindahan terumbu karang sama dengan menyaksikan proses ratusan bahkan ribuan tahun waktu yang dihabiskan alam sehingga menjadi hutan tropis bawah air maha indah yang bernama terumbu karang. Perjalanan waktu yang sangat panjang itu tentu akan sangat sayang kalau harus rusak oleh satu injakan kaki, satu lemparan jangkar, atau yang lebih kejam satu ledakan bom atau satu liter potassium yang dituang ke laut.
Tapi itulah faktanya. Banyak terumbu karang kita yang rusak. Bahkan di seluruh dunia. Indonesia adalah salah satu Negara dengan keanekaragaman karang yang sangat tinggi. Di seluruh dunia, wilayah yang memiliki kekayaan jenis karang tertinggi terdapat di Indonesia, Philipina, Papua New Guinae dan pulau-pulau kecil di timurnya yang masuk dalam region Indo-Pasific.
Taman Nasional Baluran, adalah salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki hamparan terumbu karang yang cukup luas dan pernah mengalami kerusakan yang cukup parah. Pada tahun-tahun sebelumnya, kegiatan pelestarian terumbu karang di Taman Nasional Baluran hanya sebatas reef check baik yang dilakukan oleh Balai Taman Nasional Baluran maupun instansi lainnya seperti UGM melalui UKM Selam. Ketika data sudah lengkap maka sudah waktunya data-data itu dimanfaatkan dalam aksi yang selangkah lebih maju yaitu perbaikan. Reklamasi karang dengan cara transplantasi adalah salah satu cara terbaik untuk mengembalikan keindahan makhluk rentan ini. Pun, untuk memotong waktu sehingga proses reklamasi karang tidak membutuhkan waktu yang lama.
Semoga program ini menjadi salah satu prioritas rencana kerja tahunan Balai Taman Nasional Baluran ke depan selain restorasi populasi Banteng Jawa. Bukan sebuah investasi yang murah untuk anak cucu kita nanti, tapi tetap harus dilakukan karena alam juga sudah menginvestasikan waktu lama pula untuk menghadirkan keindahan terumbu karang di antara kita. Di antara kehidupan manusia yang saya yakin mereka bisa mengambil tindakan yang bijaksana untuk menjadi khalifatullah fil ardh.
Akhirnya, setelah sekian lama, dapat juga pinjeman kamera under water lumayan ajib. Punya Bos 1. Gak tahu datangnya dari mana, tiba-tiba saja kamera itu ada di perahu katir yang dipakai temen-temen waktu kegiatan transplantasi karang tadi pagi. Ini adalah hari kedua dalam kegiatan transplantasi karang di Bama. Tanpa pikir panjang, langsung angkat saja kamera itu dan menjelajahlah saya ke pojok-pojok hamparan terumbu karang Bama. Dan, akhirnya yang kedua, I found Nemo! Ikan kecil mungil dan lucu ini asik bermain-main di anemon yang bergoyang-goyang. Wooww… I love you beibeh….
Taman Nasional Baluran adalah salah satu kawasan yang memiliki wilayah laut yang terdapat gugusan terumbu karang dengan kondisi cukup baik untuk ukuran pulau Jawa. Meski dulu karang-karang di Taman Nasional Baluran sempat mengalami kerusakan yang cukup parah, akibat banyaknya pencari ikan dengan menggunakan bom dan potas. namun berkat kerja keras kawan-kawan di lapangan untuk menjaga salah satu keindahan alam itu, sekarang kondisi karang di Baluran berangsur-angsur mulai membaik.
Menyelamatkan keindahan alam bawah air Baluran tidak kalah pentingnya dengan menyelamatkan Banteng. Mengingat luasan terumbu karang di Indonesia semakin tahun semakin menurun, aksi lokal dimulai dari Taman Nasional Baluran adalah hal yang paling realistis.
Kalau dulu cara yang dilakukan adalah dengan uber-uber para perusak karang yang dilakukan oleh para Polhut, sekarang untuk meningkatkan akselerasi rehabilitasi terumbu karang Baluran adalah dengan transplantasi, di tahun-tahun sebelumnya kegiatan yang berhubungan dengan terumbu karang adalah reef check. Dimotori oleh kawan-kawan PEH dan dibantu oleh Pak Dikar sama Pak Siyanto plus 3 kelomp0k pelajar dan mahasiswa PKL dari SMK Jember, IPB dan STP Jakarta, kegiatan yang baru pertama kali dilakukan di Baluran ini ternyata cukup menyenangkan. Yah, seperti biasanya, kegiatan lapangan kalau sama kawan-kawan PEH selalu tidak pernah tidak ceria.
Acara inti lancar tidak ada kendala selain mesin katir yang agak rewel. Semua personil nyemplung ke air ngambil batu untuk dijadikan “pot” buat karang-karang yang ditanam lalu disebar di lokasi-lokasi yang sudah diidentifikasi sebelumnya, ada juga yang mbantu menanam di meja transplantasi yang disumbang oleh BBKSDA Jatim beserta karangnya. Dan yang gak bisa renang tetap saja dilempar ke air.
Dan yang tidak boleh ketinggalan, acara tambahan. Acara tambahan wajib: gaple. Acara tambahan sunah tapi tetep harus dilaksanakan: mengisi tas anak-anak PEH dengan batu saat yang punya sedang lengah. Bisa juga paving, ketela rebus yang dipenyet, rumput, sampah basah, atau yang paling parah yaitu menukar celana dalam basah satu sama lain, gak peduli cewek atau cowok. Dan untuk yang ini, tasku sudah pernah jadi korban: dimasuki BH punya Bu ****. Untung aku belum punya istri. Jadi buat siapa saja yang ikut kegiatan sama anak-anak PEH terutama kegiatan air nasehatku cuma satu: Be Ware!
Terlepas dari acara-acara tambahan itu semua. Semoga kegiatan penyelamatan terumbu karang ini bisa terus dilakukan setiap tahun. Di Bama, Kajang, Simacan, Lempunya, Bilik-Sijile atau di mana saja. Sebagai salah satu benteng penyelamatan keanekaragaman biodiversitas bawah air, terumbu karang Taman Nasional Baluran harus diselamatkan dari kerusakan. Itulah tugas yang harus ditunaikan siapa saja, tidak hanya PEH, Polhut atau seluruh staf Taman Nasional Baluran. Karena di setiap ikan yang kita jaga, mereka akan berdzikir. Di setiap bongkahan karang yang kita selamatkan, mereka juga akan berdo’a untuk keselamatan kita. Di setiap biji plankton yang memenuhi lautan, mereka akan selalu mengingat nama kita lalu memohon kepada Allah atas keselamatan manusia-manusia yang mengingat hidup mereka.