
Pagi itu, sebelum agenda rapat pembahasan ekspos wisata berlangsung, si tedi dengan tergopoh-gopoh menggampiri aku, dengan muka serius dan abang-ireng, “Neng tower tengah! Jalak Putih neng ngarepku persis ono 12!”
“Hah?” aku langsung terperanjat. “Rolas?” dengan mata agak mendelik.
Jalak Putih dengan angka segitu memiliki 2 arti, pertama adalah berita paling membahagiakan selama aku di Baluran karena sejauh ini jumlah pertemuan tidak lebih dari 7 ekor. Tahun lalu malah paling banyak ketemu 3 ekor. Berarti mereka masih “cukup aman”, setidaknya jumlahnya bertambah dari tahun kemarin. Kedua, berita itu seakan-akan tedi sedang mengiming-imingi aku, “Ayolah… masak gak tergoda memburu fotonya?” kurang lebihnya begitu dengan mukanya yang memang sudah mesum sejak lahir.
Wuokee… kenapa takut! Jadi sepanjang rapat kita berdua asyik sendiri ngrasani si jalak. Begitu rapat sedang break makan siang, kita berdua langsung berkemas mempersiapkan alat. Rapat dilanjutkan, semua peserta rapat masuk ke ruang, kita berdua ngacir meluncur ke Bekol. Ke Tower Tengah, lokasi keramat bagi Jalak Putih karena selalu disana mereka terpantau.