Jadi ini adalah tulisan ke 5 tentang Sumba. Sejak pertama kali menginjakkan kaki di Sumba 5 tahun yang lalu, hatiku telah tertambat. Jatuh cinta kepada dingin malamnya, hamparan savananya, kuburan … Continue reading Sumba Part V: Demi Tuhan Saya Akan Kembali!
Wallacea adalah rumah bagi makhluk-makhluk endemik sudah pasti. Dan tidak sedikit yang hanya terdapat di pulau-pulau kecil. Sejarah geologisnya mengisolir gugusan pulau-pulau di wilayah ini menjadi kawasan yang terpisah dari … Continue reading Seram Part IV: The Land of Endemism
Saya selalu bingung untuk menuliskan cerita selanjutnya dari perjalanan ke Pulau Seram. Karena begitu banyak mozaik kekaguman yang serba berserakan. Terkagum-kagum oleh keramahan masyarakat lokalnya, sama sekali berbeda dengan yang … Continue reading Seram Part III: Short Medley
Seram dilihat dari Masohi, ibukota kabupaten Maluku Tengah.
Entah sebuah kebetulan atau memang Tuhan sudah merencanakan sejak semula. Sampai sekarang saya masih percaya bahwa semua keinginan, yang kita ikrarkan meskipun hanya dalam bisikan hati, pasti akan terwujud! Dan tentunya kita harus ngalah kepada Tuhan bahwa beliau punya kuasa penuh untuk merancang skenario dan jatahnya.
Kunjungan kedua ke salah satu pulau paling selatan Indonesia ini tidak ada yang paling saya harapkan selain menemukan sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang akan membuat saya benar-benar jatuh cinta dengan … Continue reading Sumba Part 4: Menemukan Sumba
Mungkin salah satu komponen fotografi, terutama satwa liar yang paling mahal bukan di alat. Alat memang penting, tapi bukan yang terpenting. Lalu apa donk? Saya tidak mau bicara normatif untuk … Continue reading Sumba Part 2: Ojo Gampang Nuduh
Pagi itu, sebelum agenda rapat pembahasan ekspos wisata berlangsung, si tedi dengan tergopoh-gopoh menggampiri aku, dengan muka serius dan abang-ireng, “Neng tower tengah! Jalak Putih neng ngarepku persis ono 12!”
“Hah?” aku langsung terperanjat. “Rolas?” dengan mata agak mendelik.
Jalak Putih dengan angka segitu memiliki 2 arti, pertama adalah berita paling membahagiakan selama aku di Baluran karena sejauh ini jumlah pertemuan tidak lebih dari 7 ekor. Tahun lalu malah paling banyak ketemu 3 ekor. Berarti mereka masih “cukup aman”, setidaknya jumlahnya bertambah dari tahun kemarin. Kedua, berita itu seakan-akan tedi sedang mengiming-imingi aku, “Ayolah… masak gak tergoda memburu fotonya?” kurang lebihnya begitu dengan mukanya yang memang sudah mesum sejak lahir.
Wuokee… kenapa takut! Jadi sepanjang rapat kita berdua asyik sendiri ngrasani si jalak. Begitu rapat sedang break makan siang, kita berdua langsung berkemas mempersiapkan alat. Rapat dilanjutkan, semua peserta rapat masuk ke ruang, kita berdua ngacir meluncur ke Bekol. Ke Tower Tengah, lokasi keramat bagi Jalak Putih karena selalu disana mereka terpantau.