Dulu saya sangat mencintai kota kecil ini. Dataran tinggi di lembah yang diapit oleh gunung Arjuno-Welirang, Kawi, dan Peg. Tengger. Kota ini berdiri di atas hamparan tanah surga. Pertanian dan hutan hidup rukun. Masyarakat agraris yang ramah. Mata air berhamburan di mana-mana.
Dulu ketika saya masih kecil, pemuda kampung saya bisa bermain bola basket di tengah jalan protokol. Saking sepinya kota ini. Dari teras rumah saya memandang ke semua penjuru mata angin hamparan gunung-gunung yang mensuplai air, oksigen dan mineral tanah yang membuat tanah kami sebegitu suburnya. Karena tidak banyak bangunan di kampung saya.
Setiap pagi saya suka menggores embun yang menempel di kaca jendela, menggambar apa adanya sebelum dia menguap seiring siang mendekat. Salah satu hobi saya adalah mlinteng burung. Saking banyaknya burung di kota kami, kemanapun ketapel saya mengarah, pasti kena! (more…)