Tag: peh

Karena Saya Cuma PEH

Seseorang: “Mas, sampeyan fotografer ya?”
Saya: “Bukan.”

Seseorang lainnya: “Masnya penulis ya?”
Saya: “Maaf, sampeyan salah.”

Seseorang lainnya lagi: “Ooo.. kalo gitu sampeyan pasti blogger!”
Saya: “Masih salah.”

Yang lainnya: “Kalo birdwatcher iya kan?”
Saya: “Dikit.”

Masih ada yang lainnya: “Diver!”
Saya: “Kata siapa?”

Terakhir: “Terus apa kalo bukan semuanya?”
Saya: “Saya cuma PEH.”

**terinspirasi tulisan gamblang tentang PEH oleh Suer Suryadi

Supaya Kami Bisa Terus Bekerja (III): Organisasi: Leadership Adalah Kunci, Kebersamaan Anggota Adalah Pemegang Saham Terbesar

Dalam bab ini saya minta maaf kepada bapak-ibu sekalian jika saya terlalu emosional membahas betapa pentingnya peran leadership dalam tubuh organisasi. Emosional yang pertama adalah apresiasi setinggi-tingginya untuk koordinator kami, … Continue reading Supaya Kami Bisa Terus Bekerja (III): Organisasi: Leadership Adalah Kunci, Kebersamaan Anggota Adalah Pemegang Saham Terbesar

Menjadi Ornithologist? Ngece!

Suatu ketika saya ngobrol lewat telpun dengan salah seorang dancukers PHKA, sebut saja pak NH. Kenapa dancukers? Karena mungkin dia adalah salah satu dari sedikit PNS PHKA yang gak punya jam kerja, gak punya kantor, dan hebatnya lagi gak punya kerjaan! Wow!

Gimana punya jam kerja? Lha dia datang ngantor bisa seenaknya, maksudnya menyesuaikan kapan jam bangun tidurnya. Bisa pagi, bisa siang, sore, malam atau bahkan subuh. Pulangnya pun semau-maunya. Yang pasti 8 jam kerja kantoran bagi dia hanya cukup untuk pemanasan. Alias jam kerjanya tidak wajar. (more…)

Gusti Allah Foundation (II): Ketika Negara Menyuruh Saya Menjadi PEH Baluran

Menjadi PEH (Pengendali Ekosistem Hutan) sama sekali bukan cita-cita saya. Tidak ada itu istilah PEH dalam angan-angan muluk saya. Dan Baluran? Saya bahkan sudah lewat di depan pintu gerbangnya berkali-kali, tapi baru 4 tahun silam (tepat sebelum menjadi pegawai Baluran) kalau itu gerbangnya Baluran! Atau kalau ditarik agak ke belakang, menjadi PNS itu terlalu berlebihan buat saya. Saya takut menjadi orang malas dan berpenghasilan tidak barokah seperti PNS-PNS di kota saya. Maaf, mungkin ini terlalu skeptis, tapi stigma negatif PNS di Indonesia tidak bisa dipungkiri. Dan saya tidak cukup keberanian menanggung pertanggungjawabannya kelak di hadapan pengadilan akhirat kalau saya ikut-ikutan acaranya.

(more…)