Mempunyai keinginan lebih, sebagai sifat dasar manusia, itu harus bisa dipahami. “Lebih” itu bisa bermacam-macam, lebih banyak, lebih baik, lebih canggih, lebih cantik, lebih mahal, lebih langsing, lebih montok, lebih baik tidak kurang, lebih kurang cukup, lebih sedikit asal untung, lebih cepat lebih baik, dan masih banyak lebih lebih yang lain. Jikalau ada orang yang justru berpikir dan berbuat sebaliknya, justru ingin yang kurang, apakah itu bisa dipahami? Bisakah dealektika budaya kita menerimanya? Adakah hukum ekonomi yang bisa menemukan rumus logikanya? Teori psikologis mana yang bisa menjelaskan? Atau bagaimana cara anda membayangkannya?
Rumah dibangun meninggi supaya bisa nampung orang lebih banyak dengan tidak menambah luasan tanah yang harganya semakin mahal. Semasa Mak Erot masih gesang, gak ada sepinya itu orang yang ingin melebihkan panjang dan diameter daging tumbuhnya. Orang pergi ke pusat elektronik untuk cari hp yang lebih canggih, kipet kwerti atau layar sentuh OS Android. Para ibu dan gadis pada minum obat pelangsing biar lebih langsing karena emang gak ada istilah biar kurang gemuk (malah ambigu). Rayuan gombal dilontarkan seorang pemuda kepada wanita pujaannya biar lebih romantis –> Silahkan tambah di kolom comment di bawah kalo masih punya lebih lebih yang lainnya :D. Jadi intinya semua ingin lebih.
Lalu sekarang orang-orang pada rame ngrasani Aa’ Gym yang ingin (maksudnya udah) punya istri lebih. Poligami atau poligarwo dalam bahasa Jawa, poli=banyak, garwo=istri dalam kosakata krama inggil bahasa Jawa. Yang jelas banyak yang menyayangkan. Tapi sekali lagi, sebagai manusia biasa yang mempunyai sifat dasar ingin mendapatkan lebih, apakah Aa’ salah? Saya tidak sedang membela atau menghakimi seseorang. Pun mari kita gak usah ikut-ikutan ngrasani rumah tangga orang lain. Ini adalah… belajar membaca teks kehidupan yang kebetulan Aa’ sebagai alat peraganya.
Jadi adakah yang keberatan kalo orang sekaya dan seganteng Aa’ punya istri lebih dari satu?
(more…)
Like this:
Like Loading...