Tag: wisata

Pembangunan Tanpa Kedaulatan

Dulu saya sangat mencintai kota kecil ini. Dataran tinggi di lembah yang diapit oleh gunung Arjuno-Welirang, Kawi, dan Peg. Tengger. Kota ini berdiri di atas hamparan tanah surga. Pertanian dan hutan hidup rukun. Masyarakat agraris yang ramah. Mata air berhamburan di mana-mana.

Dulu ketika saya masih kecil, pemuda kampung saya bisa bermain bola basket di tengah jalan protokol. Saking sepinya kota ini. Dari teras rumah saya memandang ke semua penjuru mata angin hamparan gunung-gunung yang mensuplai air, oksigen dan mineral tanah yang membuat tanah kami sebegitu suburnya. Karena tidak banyak bangunan di kampung saya.

Setiap pagi saya suka menggores embun yang menempel di kaca jendela, menggambar apa adanya sebelum dia menguap seiring siang mendekat. Salah satu hobi saya adalah mlinteng burung. Saking banyaknya burung di kota kami, kemanapun ketapel saya mengarah, pasti kena! (more…)

Membayar Hutan Lebih Mahal

Harga tiket masuk kawasan konservasi naik! Bahkan naiknya gak tanggung-tanggung, hampir 10x lipat! Untuk pengunjung lokal saja, dulu tiket masuk ke taman nasional berkisar Rp. 1.000-2.500, dan sekarang naik jadi Rp. 5.000-20.000. Perbedaan range harga ini didasarkan rayon dimana kawasan tersebut dikategorisasikan. Kenaikan harga ini berlaku sejak dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 2014 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Kementerian Kehutanan menggantikan Peraturan Pemerintah No. 58 tahun 1998 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Departemen Kehutanan dan Perkebunan. (more…)

Avitourism: Ekowisata Masa Depan Taman Nasional Baluran

Pendahuluan

Ekowisata, sebagai sebuah wacana pemanfaatan sumberdaya hutan masa depan yang ramah ekologis, dan menguntungkan secara ekonomis pada dasarnya masih menjadi perdebatan seputar pengertiannya. The International Ecotourism Society mendefinisikan ekowisata sebagai “sebuah wisata yang memperhatikan aspek alami melalui menjaga lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan”. The Australian Commission on National Ecotourism Strategy menyebutkan ekowisata sebagai “wisata berbasis alam yang meningkatkan fungsi pendidikan dan pemahaman terhadap lingkungan yang bertujuan untuk keberlanjutan ekologi”.

Berbeda dengan wisata massal (mass tourism) yang kenyataannya banyak berkembang di negara-negara berkembang. Wisata massal sama sekali tidak memperhatikan aspek kelestarian lingkungan, pendidikan, apalagi kesejahteraan masyarakat lokal dan parahnya skema wisata massal ini masih menjadi andalan pengelola kawasan konservasi untuk mendongkrak PNBP mereka. Dengan harga tiket masuk Rp. 2500 per orang untuk masuk ke kawasan Taman Nasional adalah harga yang sangat murah untuk mengundang banyak orang untuk masuk ke kawasan. Maka yang menjadi permasalah dan pertanyaan besar adalah bagaimana dampak keberadaan manusia yang begitu besar di dalam kawasan terhadap ekologi kawasan?

(more…)